Selasa, 18 Mei 2010

Jus Delima, Si Segar Penyehat Jantung

Delima (Punica granatum) umumnya ditanam di dataran rendah. Tumbuh baik pada berbagai keadaan iklim, menghendaki tanah agak subur. Ukuran buahnya lebih kurang sebesar jeruk atau apel, dengan kulit keras warna merah gelap atau kecoklatan.

Bijinya (sebuah delima rata-rata berisi sekitar 800 biji) yang biasa dimakan "diselimuti" cairan tembus cahaya, berada dalam suatu selaput putih seperti spons berasa pahit.

Di beberapa negara Timur Tengah, selama berabad-abad, delima?yang asal katanya dari bahasa Perancis; pome garnete, berarti "apel berbiji"?telah banyak dimanfaatkan sebagai obat tradisional, di samping tentunya jadi bahan sajian yang menyegarkan. Demikian halnya di negeri kita.

Konon, kulit akarnya yang banyak menyimpan senyawa-senyawa alkaloid, antara lain pelletierin, bisa digunakan sebagai obat cacing. Sementara tumbukan buah atau seduhannya berguna untuk menghentikan mencret atau disentri. Lalu, air rebusan bunganya bisa dijadikan alternatif pereda sakit gigi.

Selain alkaloid, dalam kulit akar, kulit batang dan buah, terutama bagian kulitnya, terkandung zat penyamak yang berkhasiat mengecilkan pori-pori, antiseptik, dan hemostatik yang baik untuk keputihan. Disebutkan Anorital dan Yuningprapti (1995), kulit buah delima termasuk golongan slightly toxic dan mempunyai daya antibakteri terhadap Salmonella typhi.

Akan tetapi, kemampuan delima rupanya bukan cuma itu. Khusus yang berkaitan dengan hasil olah buahnya, setelah dibuat jus?hasil penelitian belakangan, meski masih sebatas pada binatang percobaan?membuktikan kehebatan lainnya.

Dr Claudio Napoli, profesor of medicine and clinical pathology di the University of Naples School of Medicine, Italia, bersama koleganya, melalui percobaan pada tikus, membuktikan, jus buah ini dapat diandalkan guna mencegah penumpukan lemak sepanjang dinding arteri. Artinya, jus buah ini sanggup mencegah penyakit jantung. Disebutkannya, sel jantung tikus yang dicekoki jus delima meningkat 50 persen produksi nitrogen oksida (nitric oxide/NO)-nya, dan tereduksi perkembangan plaknya hingga sekitar 30 persen (http://www.yahoo.com).

Tinggi antioksidan

Banyak orang menyangka bahwa penebalan dan penyempitan dinding arteri koroner, yang merupakan penyebab utama serangan jantung, dipicu oleh asupan LDL kolesterol yang berlebihan. Padahal, menurut Cooper?penulis Antioxidant Revolution?kejadian tersebut belum tentu terjadi andai tidak ada pemicu lain. Sebutlah radikal bebas, yang diaktifkan oleh berbagai faktor, termasuk asap rokok, pencemaran udara, dan olahraga yang berlebihan.

Radikal bebas akan mengoksidasi partikel LDL kolesterol dan membuatnya rusak. Sel-sel darah putih (makrofag) di dalam dinding arteri akan berupaya menghilangkan partikel LDL yang sudah rusak dengan cara "memakannya sampai habis".

Sayangnya, setelah proses tersebut, sel makrofag tidak dapat melepaskan diri dari bagian kolesterol LDL. Sel-sel bengkak yang dihasilkan, disebut sel-sel busa, selanjutnya menempel pada dinding pembuluh arteri, membentuk plak dan menyebabkan penyempitan. Hingga pada akhirnya terjadilah penyakit kardiovaskuler yang parah dan mungkin pula serangan jantung.

Sebetulnya ada upaya yang bisa dilakukan supaya plak tidak telanjur menjadi "keras", yaitu dengan mengasupkan antioksidan. Antioksidan akan melindungi LDL kolesterol hingga tak teroksidasi oleh radikal bebas. Makrofag selanjutnya tak perlu repot-repot "memakan" partikel teroksidasi, dan dinding arteri otomatis akan bersih dari sel-sel busa yang menempelinya.

Delima kaya akan antioksidan, bahkan paling tinggi dibandingkan dengan buah-buahan lain yang telah diuji (lihat tabel). Dengan demikian, buah ini bisa diandalkan guna menangkis serangan radikal bebas. Maka, tak perlu heran jika tikus-tikus yang dicekoki jus delima memiliki dinding arteri yang sehat, hingga terjauhkan dari serangan jantung yang mungkin menyerang.

Namun, bukan karena kandungan oksidannya saja serangan jantung bisa dicegah. Kehebatan delima dalam mendongkrak NO patut diperhitungkan pula.

Dalam kaitan dengan kesehatan jantung, NO, si molekul imut-imut yang disintesis oleh sel endotel ini, akan bertindak sebagai relaksan (endothelium-derived relaxing factor/EDRF), pengatur tonus otot polos. Banyak preparat vasodilator yang digunakan secara luas dalam perawatan angina pektoris, seperti nitrogliserin, bekerja dengan meningkatkan pembentukan senyawa ini.

Membuat jus delima


Walau banyak pakar yang mengomentari hasil tersebut dengan kalimat, "masih terlalu dini untuk disimpulkan", hingga belum berani menganjurkan untuk dijagokan guna mencegah penyakit jantung, tak sedikit pula ternyata yang optimis dengannya.

Lepas dari semua itu, satu hal yang layak dicatat, hingga saat ini belum ada satu pun laporan yang menyebutkan efek negatif mengonsumsi jus delima. Kecuali "pecahan" bijinya, yang disebut Lee dan Watson (1998), dapat menyebabkan iritasi dan memicu terjadinya kanker esofagus. Dengan kata lain, Anda dapat menikmati jus delima?tanpa campuran "pecahan" bijinya?kapan pun Anda suka dalam rangka menikmati rasanya yang manis menyegarkan.

Selain diminum langsung, jus delima bisa pula "disulap" menjadi selai, saus, atau sirup. Cara membuatnya terbilang gampang. Tempatkan biji delima yang berselimut cairan bening dalam food processor atau blender dan proses hingga jus terbentuk.

Pisahkan bijian dengan ayakan rapat atau kain kasa?secara umum, sebuah delima ukuran sedang bisa menghasilkan sampai sekitar tiga perempat cangkir biji atau setengah cangkir sari buah.

Jika sudah berbentuk jus, supaya bisa disimpan lama, bekukan serta simpan jus dalam wadah kedap udara. Dengan cara ini, jus delima dapat tahan hingga jangka waktu sekitar enam bulan.

Sumber : Yuga Pramita
Mahasiswa FKM Universitas Diponegoro, Semarang

Selengkapnya...

Kelor di Jaman Kuno, Kelor di Jaman Modern, Tetap Sama Ampuhnya

Kelor di Jaman Kuno

Dalam tradisi pengobatan kuno India (Ayurveda), daun kelor (Moringa oleifera) dianggap sakti karena bisa digunakan untuk menyembuhkan berbagai jenis penyakit. Dalam daftar obat kuno India kelor memang menduduki tempat istimewa karena bisa digunakan untuk menyembuhkan sekitar 300 penyakit.

Berita mengenai kesaktian daun kelor yang disebutkan dalam Ayurveda akhirnya sampai juga ke telinga orang-orang pintar di Nusantara terutama Jawa. Seperti kita ketahui, pada jaman dahulu pengaruh budaya India di Nusantara sangatlah kuat. Setelah mempelajari Ayurveda, para ahli obat herbal di Nusantara juga mulai berhasil mengobati berbagai macam penyakit dengan daun kelor. Tingkat keberhasilan pengobatan dengan daun kelor pada masa itu begitu tinggi hingga mampu melahirkan mitos tersendiri.

Di jaman dimana penyakit masih dianggap sebagai gangguan mahluk halus, pengobatan penyakit tidak lepas dari acara ritual pengusiran mahluk halus. Karena daun kelor bisa menyembuhkan berbagai macam penyakit maka tidak heran jika daun ini dianggap bisa mengalahkan kekuatan mahluk halus. Akibatnya terbentuklah mitos bahwa daun kelor ampuh untuk menaklukkan mahluk halus. Lambat laun justru mitos ini lah yang berkembang, sedangkan fungsi kelor untuk pengobatan sebagaimana diterangkan dalam Ayurveda malah ditinggalkan.

Pengaruh mitos bahwa daun kelor bisa untuk mengalahkan mahluk halus telah merasuk begitu dalam ke benak masyarakat pada jaman dahulu, tak terkecuali juga para jawara sakti yang biasa mendapat kekuatan dengan bantuan mahluk-mahluk halus. Mereka ikut termakan mitos tersebut dan sangat yakin bahwa kesaktiannya akan hilang jika berhadapan dengan daun kelor. Dengan keyakinan seperti itu, sedikit saja mereka terkena sentuhan daun kelor maka secara psikologis kekuatannya akan runtuh duluan dan akhirnya memang fisiknya juga benar-benar ikut lemas dan ambruk. Fakta bahwa mental seseorang bisa mempengaruhi kekuatan fisiknya itu bukan hal yang baru.
Hingga saat ini masih banyak orang yang sulit untuk melepaskan diri dari belenggu mitos kesaktian daun kelor. Masih banyak ditemui di desa-desa dimana orang percaya bahwa jika ada orang yang sakit dan tergeletak lama namun tidak juga meninggal, maka orang tersebut diduga memiliki kesaktian tertentu yang harus segera dilepas dari tubuhnya. Untuk membantu melepas kesaktiannya biasanya orang tersebut disapu dengan daun kelor hingga akhirnya dapat meninggal dengan tenang. Ketika jasadnya kemudian dimandikan orang tersebut juga disapu lagi dengan daun kelor supaya bersih dari segala mahluk yang masih menempel pada jasadnya.

Saking banyaknya orang sakit yang berhasil diobati dengan daun kelor pada jaman dahulu sampai-sampai mitos kesaktian daun kelor bisa bertahan hingga ribuan tahun, bahkan hingga sekarang. Selain untuk mengusir, kelor juga dipercaya bisa menolak kedatangan mahluk halus. Di jaman serba teknologi seperti sekarang ini kadang masih bisa ditemukan ada rumah yang di atas pintu utamanya ditaruh seikat daun kelor sebagai penolak bala.

Kelor di Jaman Modern

Lain dulu lain sekarang. Dengan penelitian ilmiah, terungkap bahwa daun ini ternyata mengandung berbagai unsur nutrisi yang diperlukan oleh tubuh untuk memulihkan dan menjaga kesehatan. Variasi dan kadar kandungan nutrisi daun kelor berada di luar batas-batas kewajaran. Fenomena aneh ini diakui di dunia barat sekalipun karena memang dasarnya adalah penelitian ilmiah. Tidak heran banyak media masa internasional mempopulerkan pohon kelor sebagai “miracle tree” alias pohon ajaib, bahkan ada yang menyebutnya sebagai "tree for life". Memang mengagumkan. Bayangkan saja, jika kita memiliki sebuah pohon di halaman rumah yang bisa ditanam dan dirawat dengan mudah, tidak mati meskipun diterpa kemarau panjang, daunnya bisa disayur untuk memenuhi semua kebutuhan vitamin dan mineral dalam tubuh, bisa digunakan sebagai obat ketika kita sakit, selain itu bijinya juga bisa untuk menjernihkan air yang kita minum. Kedengarannya seperti pohon yang hanya ada di dunia angan-angan, namun kenyataannya memang ada.

Adalah Lowell Fuglie, seorang warga negara Prancis yang tinggal dan bekerja di Senegal, yang pertama kali meneliti kandungan nutrisi daun kelor. Pada akhir tahun 90an orang ini mulai meneliti daun kelor dan menemukan bukti bahwa ibu-ibu hamil yang mengalami gizi buruk sekalipun masih bisa dibantu untuk memiliki bayi yang sehat dengan cara mengonsumsi daun kelor. Hasil penelitian si Lowell ini sekarang banyak dimanfaatkan oleh banyak negara untuk memerangi gizi buruk, terutama negara-negara berkembang di semenanjung Afrika. Program penggalakan penanaman daun kelor di negara-negara Afrika merupakan kampanye yang intensif melalui lembaga-lembaga pendidikan dan swadaya masyarakat. Tak kurang dari seorang sekjen PBB (Kofi Annan pada waktu itu) ikut mendukung sosialisasi penggunaan daun kelor utnuk memerangi gizi buruk.

Kelor Sebagai Sumber Nutrisi

Pohon kelor memiliki daun yang mengandung nutrisi paling lengkap dibanding dengan tumbuhan jenis apapun. Selain vitamin dan mineral, daun kelor juga mengandung semua asam amino esensial (asam amino yang tidak diproduksi sendiri oleh tubuh dan karena itu harus disuplai dari luar tubuh dalam bentuk jadi). Asam amino sangat vital sebagai bahan pembentukan protein. Penelitian juga membuktikan bahwa daun ini sama sekali tidak mengandung zat berbahaya. Bahkan di beberapa daerah di Indonesia masyarakat sudah biasa memanfaatkannya sebagai sayuran, terutama untuk memperbanyak dan melancarkan ASI seperti halnya daun katuk.

Selama ini jika kita bicara tentang sumber Vitamin A, yang terbayang adalah wortel, padahal dengan berat yang sama Vitamin A pada daun kelor jauh lebih banyak dibanding wortel. Dengan perbandingan berat yang sama, daun kelor juga mengandung Vitamin C lebih banyak dibanding jeruk, kalsium empat kali lipat susu, potasium tiga kali lipat pisang, protein dua kali lipat yogurt dan zat besi jauh lebih banyak daripada bayam. Dari 24 unsur nutrisi (beberapa vitamin, mineral dan asam amino) yang kami uji di laboratorium milik sebuah universitas di Malang, semua terdeteksi keberadaannya dengan kadar yang cukup signifikan.

Pohon kelor adalah pohon yang mudah tumbuh di daerah tropis. Pohon ini diduga berasal dari daerah sekitar Nepal, India. Di Indonesia, pohon ini tumbuh di mana-mana dan banyak ditanam oleh petani sebagai pagar atau batas kebun karena pohon ini memang awet hidup, pada musim kemarau panjang sekalipun.

Mungkin kita patut meniru negara-negara di Afrika untuk membantu mengatasi masalah gizi buruk dengan kelor. Untuk sebagian besar saudara kita, jeruk masih mahal, wortel juga mahal, susu terlalu mahal, yogurt sangat mahal, obat semakin mahal, dokter tambah mahal. Hanya kelor yang kemungkinan bisa tetap dibuat murah karena menanamnya juga sangat mudah, bisa tetap tumbuh nyaris tanpa perawatan, dan mulai bisa dipanen pada umur yang cukup singkat. Tancapkan saja beberapa batang kelor di sembarang jenis tanah dan tunggu 2 atau 3 bulan, daunnya sudah mulai bisa dipetik untuk dimanfaatkan. Dalam 40 hari berikutnya, trubusnya sudah bisa diambil lagi dan begitu seterusnya sampai generasi anak cucu.

Kelor Sebagai Multivitamin Alami
Bagi mereka yang merasa jauh dari risiko gizi buruk, daun kelor juga tetap bermanfaat untuk memastikan keseimbangan nutrisi dalam tubuh sekaligus sebagai obat herbal. Seperti kita ketahui jika nutrisi dalam tubuh kita tidak seimbang, kita akan terkena warning berupa penyakit. Anemia dan sariawan, diketahui sebagai warning akibat kita lalai menyediakan zat besi, beri-beri adalah warning akibat kita lupa dengan Vitamin B1, gondongan akibat kita mengabaikan kebutuhan iodium, keropos tulang akibat lupa menyediakan kalsium, dan banyak lagi penyakit yang terkait dengan infeksi karena daya tahan tubuh melemah akibat kekurangan unsur nutrisi tertentu.
Ternyata, kekurangan nutrisi juga bisa berpengaruh terhadap kesehatan mental seseorang. Penyakit dementia (kerusakan pada jaringan otak dengan gejala antar lain menurunnya daya ingat, kesulitan berfikir logis, dan berperilaku semaunya) dahulu dianggap tidak ada kaitannya dengan nutrisi namun belakangan ternyata diketahui penyebabnya adalah akibat kekurangan Vitamin B3. Jika separo saja penduduk negeri ini kekurangan Vitamin B3, apa gak kacau bangsa ini.

Secara logika tidaklah sulit untuk menyimpulkan bahwa keseimbangan nutrisi merupakan pondasi untuk membangun fisik maupun mental yang sehat. Masalahnya kita tidak pernah tahu persis apakah makanan yang kita makan sehari-hari benar-benar telah memenuhi semua nutrisi yang diperlukan. Makanan yang mahal belum tentu mengandung nutrisi yang dibutuhkan. Bisa jadi di satu sisi kelebihan, namun di sisi lain tetap kekurangan. Apalagi banyak makanan yang dijual setelah melalui proses pengolahan dan penyimpanan yang begitu panjang sehingga nutrisi yang seharusnya terkandung pada makanan tersebut telah banyak yang hilang. Belum lagi semakin maraknya junk food di mana-mana, yakni makanan yang mengutamakan tampilan, kepraktisan penyajian dan kekuatan rasa, sementara nilai nutrisi dan sifat-sifat alaminya benar-benar dinomorduakan. Ditambah lagi semakin kentalnya budaya dimana makan bukan lagi dianggap kewajiban untuk memenuhi kebutuhan nutrisi untuk tubuh melainkan lebih dianggap sebagai acara untuk memenuhi selera dan kesenangan plus lambang status sosial. Tak heran jika akhirnya banyak yang kena WARNING BERAT dari tubuhnya sendiri.
Tidak ada salahnya kita berikan tubuh kita makanan yang kita tahu mengandung nutrisi paling lengkap dan alami. Dengan suplai nutrisi yang lengkap dan alami tubuh kita tahu persis bagaimana caranya menjaga dan memulihkan kesehatan untuk kita. Biarkan tubuh menggunakan nutrisi sesuai tujuan dan aturan mainnya sendiri. Tuhan telah melengkapi tubuh kita dengan mekanisme sedemikian sempurna agar tubuh kita tetap sehat dan semua bagiannya berfungsi secara normal. Tugas kita adalah memenuhi kebutuhan tubuh dengan nutrisi yang dibutuhkannya.

Jika anda mengalami kesulitan mencari makanan yang nilai nutrisinya lengkap dan alami, daun kelor adalah solusinya! Tidak ada tumbuhan selain kelor yang mengandung unsur nutrisi sebanyak ini: Vitamin A, Vitamin B1, Vitamin B2, Vitamin B3, Vitamin C, Calcium, Chromium, Copper, Iron, Magnesium, Manganese, Potassium, Protein, Zinc, Isoleucine, Leucine, Lysine, Methionine, Phenylalaine, Threonine, Tryptophan, Valine, Alanine, Arginine, Aspartic Acid, Cystine, Glutamic Acid, Glycine, Histidine, Serine, Proline, Tryrosine, dsb.

Kesimpulan
Dulu penyakit dianggap sebagai gangguan mahluk halus dan kelor dianggap sakti karena mampu untuk mengusirnya. Sekarang penyakit diketahui sebagai gangguan keseimbangan nutrisi, dan kelor mampu untuk menyeimbangkannya. Kelor jaman dulu dan kelor jaman sekarang tetap sama saktinya. Yang berbeda hanyalah cara orang menjelaskan fenomena kenapa daun dari pohon ini bisa menyembuhkan berbagai macam penyakit.
Dahulu kelor ampuh untuk mengusir mahluk halus seperti wewe gombel dan gendoruwo yang mengganggu anak manusia. Kini, kelor juga tetap ampuh menolak gangguan mahluk halus seperti virus, bakteri dsb. Dalam rangka 'back to nature', tidak ada salahnya kita merevitalisasi kesaktian daun kelor dengan cara pandang dan keilmuan masa kini.

sumber : http://www.plantamor.com
Selengkapnya...

Sabtu, 08 Mei 2010

Teknologi Pembuatan Ronde Ubi Jalar

W8ZXJJG2P7CE


Ronde Bijar adalah salah satu jenis penanganan dari bahan dasar ubi jalar dicampur dengan tepung ketan/sagu/tapioka yang berfungsi sebagai perekat didalamnya diisi kacang tanah yang telah disangrai ditumbuk halus dan dicampur gula pasir serta disajikan dengan air jahe manis yang diberi sere dan ditaburi kacang tanah yang disangrai.

Bahan Ronde:
Tepung ubi 50
Tepung ketan 50 g
Air 20 cc

Pasta Ubi 100 g
Tepung ketan 50 g

Bahan isi ronde :
Kacang sangrai 300 g
Gula Pasir 100 g
Air 20 cc

Air jahe :
Air 1 liter
Gula 210 g
Jahe 250 g
Sere 2 batang

Pembuatan Ronde :
Cara 1 : Tepung ketan 50 g dicampur air 20 cc dan tepung ubi jalar 50 gr, diaduk sampai kalis, dibentuk bulat-bulat (diisi dengan kacang tanah 300 gr yang telah disangrai dan ditumbuk ditambah gula pair 100 gr. Direbus di air mendididh dan diangkat/ditiriskan setelah timbul.

Cara 2 : Pasta ubi jalar 100 g dicampur air 20 cc dan tepung ketan 50 gr, diaduk sampai kalis, dibentuk bulat-bulat (diisi dengan kacang tanah 300 gr yang telah disangrai dan ditumbuk ditambah gula pair 100 gr. Direbus di air mendididh dan diangkat/ditiriskan setelah timbul.

Selanjutnya siapkan air 1 liter + jahe 200 gr + sere 3 btg, gula 200 gr, dicampur direbus sampai mendidih, disaring sehingga jadilah air jahe. Dan Ronde sdh siap dihidangkan.....

sumber : www.deptan.go.id

Selengkapnya...

Pohon Industri Ubi Jalar



Manfaat tanaman ubi jalar :
1. Daun : Sayuran, makanan ternak
2. Ubi : Ubi rebus, goreng, bakar, French Fries ubi jalar, Pasta
3. Kulit : makanan ternak

4. Ubi kupas :
a. Kolak, bubur
b. Mi, cookis, bubur, talam, lapis dll
c. Keripik, keremes, grubi, lemet.
d. Sawut kukus
e. Tepung ubi bahan substitusi tepung terigu dan tepung beras
f. Industri makanan, farmasi, kosmetik,tekstil (pewarna), lem, bio ethanol

sumber : www.deptan.go.id
Selengkapnya...

Teknologi Pembuatan Klepon Ubi Jalar



Klepon Bijar adalah salah satu penanganan yang dibuat dari bahan dasar ubi jalar dicampur dengan tepung ketan/sagu/tapioka yang berfungsi sebagai perkat, didalamnya berisi gula merah dan disajikan dengan ditaburi kelapa parut.


Bahan Kulit :
Pasta Ubi 40 gr
Ketan/tapioka 50 gr

Isi :
Gula merah 100 gr
Kelapa parut 1/2 butir

Pembuatan :
Pasta ubi jalar (100 gr) dicampur tepung ketan/sagu/tapioka (50 gr), diaduk sampai kalis, kemudian dibentuk bulat dan diisi gula merah. Selanjutnya direbus dan diangkat/ditiriskan setelah kleponnya timbul. Penyajian klepon ditaburi kelapa parut.

sumber : www.deptan.go.id
Selengkapnya...

Teknologi Pembuatan Donat dari ubi



Donat (doughnuts atau donut) adalah penganan yang digoreng, dibuat dari adonan tepung terigu, gula, telur dan mentega. Donat yang paling umum adalah berbentuk cincin dengan lubang di tengah dan donat berbentuk bundar dengan isi yang rasanya manis, seperti berbagi jenis selai, jelly, krim dan custard. Donat dapat dibuat dari campuran tepung ubi dan terigu atau pata ubi dan tepung terigu.

Donat dari pasta ubi jalar :
Bahan :
200 g terigu protein tinggi
250 g ubi kuning kukus, haluskan
11 g ragi
2 butir kuning telur
25 g mentega
25 g gula pair
1/4 sdt garam
sedikit air (5 sdm)
gula halus untuk taburan

Donat dari tepung ubi :
Bahan :
400 g terigu protein tinggi
100 g tepung ubi
11 g ragi
3 butir kuning telur
75 g mentega
75 g gula pair
1/4 sdt garam
225 cc air
gula halus untuk taburan

Cara membuat :
Kukus ubi samapai matang, dibuat pasta dengan cara dihaluskan. Campur semua bahan. Aduk hingga menjadi adonan yang berbutir-butir. Masukkan garam dan air sedikit demi sedikit hingga menjadi adonan yang kalis. Diamkan sampai adonan mengembang 2x lipat. Timbang adonan @50 gr, kemudian bentuk bulat dan bentuk lubang ditengahnya.Goreng sampai matang, Taburi dengan gula halus sebelum disajikan.

Keunggulan :

1. Dapat menghemat penggunaan terigu 20 - 50%
2. Rasa sama dengan donat dari 100% terigu
3. Meningkatkan nilai gizi bila menggunakan jenis ubi merah dan ungu yang kaya akan vitamin A, antocyanin dan antioksidan.
sumber :www.deptan.go.id
Selengkapnya...

Rabu, 05 Mei 2010

BUDIDAYA KAKAO


PENDAHULUAN
Tanaman Kakao merupakan tanaman perkebunaan berprospek menjanjikan. Tetapi jika faktor tanah yang semakin keras dan miskin unsur hara terutama unsur hara mikro dan hormon alami, faktor iklim dan cuaca, faktor hama dan penyakit tanaman, serta faktor pemeliharaan lainnya tidak diperhatikan maka tingkat produksi dan kualitas akan rendah.

PT. Natural Nusantara berusaha membantu petani kakao agar mampu meningkatkan produktivitasnya agar dapat bersaing di era globalisasi dengan program peningkatan produksi secara kuantitas dan kualitas, berdasarkan konsep kelestarian lingkungan (Aspek K-3).

1. Persiapan Lahan
- Bersihkan alang-alang dan gulma lainnya
- Gunakan tanaman penutup tanah (cover crop) terutama jenis polong-polongan seperti Peuraria javanica, Centrosema pubescens, Calopogonium mucunoides & C. caeraleum untuk mencegah pertumbuhan gulma terutama jenis rumputan
- Gunakan juga tanaman pelindung seperti Lamtoro, Gleresidae dan Albazia, tanaman ini ditanam setahun sebelum penanaman kakao dan pada tahun ketiga jumlah dikurangi hingga tinggal 1 pohon pelindung untuk 3 pohon kakao (1 : 3)

2. Pembibitan
- Biji kakao untuk benih diambil dari buah bagian tengah yang masak dan sehat dari tanaman yang telah cukup umur
- Sebelum dikecambahkan benih harus dibersihkan lebih dulu daging buahnya dengan abu gosok
- Karena biji kakao tidak punya masa istirahat (dormancy), maka harus segera dikecambahkan
- Pengecambahan dengan karung goni dalam ruangan, dilakukan penyiraman 3 kali sehari
- Siapkan polibag ukuran 30 x 20 cm (tebal 0,8 cm) dan tempat pembibitan
- Campurkan tanah dengan pupuk kandang (1 : 1), masukkan dalam polibag
- Sebelum kecambah dimasukkan tambahkan 1 gram pupuk TSP / SP-36 ke dalam tiap-tiap polibag
- Benih dapat digunakan untuk bibit jika 2-3 hari berkecambah lebih 50%
- Jarak antar polibag 20 x 20 cm lebar barisan 100 cm
- Tinggi naungan buatan disesuaikan dengan kebutuhan sehingga sinar masuk tidak terlalu banyak
- Penyiraman bibit dilakukan 1-2 kali sehari
- Penyiangan gulma melihat keadaan areal pembibitan
- Pemupukan dengan N P K ( 2 : 1 : 2 ) dosis sesuai dengan umur bibit, umur 1 bulan : 1 gr/bibit, 2 bulan ; 2 gr/bibit, 3 bulan : 3 gr/bibit, 4 bulan : 4 gr/bibit. Pemupukan dengan cara ditugal
- Siramkan POC NASA dengan dosis 0,5 - 1 tutup/pohon diencerkan dengan air secukupnya atau semprotkan dengan dosis 4 tutup/tangki setiap 2-4 minggu sekali
- Penjarangan atap naungan mulai umur 3 bulan dihilangkan 50% sampai umur 4 bulan
- Amati hama & penyakit pada pembibitan, antara lain ; rayap, kepik daun, ulat jengkal, ulat punggung putih, dan ulat api. Jika terserang hama tersebut semprot dengan PESTONA dosis 6-8 tutup/tangki atau Natural BVR dosis 30 gr/tangki. Jika ada serangan penyakit jamur Phytopthora dan Cortisium sebarkan Natural GLIO yang sudah dicampur pupuk kandang selama + 1 minggu pada masing-masing pohon

3. Penanaman

a. Pengajiran
- Ajir dibuat dari bambu tinggi 80 - 100 cm
- Pasang ajir induk sebagai patokan dalam pengajiran selanjutnya
- Untuk meluruskan ajir gunakan tali sehingga diperoleh jarak tanam yang sama

b. Lubang Tanam
- Ukuran lubang tanam 60 x 60 x 60 cm pada akhir musim hujan
- Berikan pupuk kandang yang dicampur dengan tanah (1:1) ditambah pupuk TSP 1-5 gram per lubang

c. Tanam Bibit
- Pada saat bibit kakao ditanam pohon naungan harus sudah tumbuh baik dan naungan sementara sudah berumur 1 tahun
- Penanaman kakao dengan system tumpang sari tidak perlu naungan, misalnya tumpang sari dengan pohon kelapa
- Bibit dipindahkan ke lapangan sesuai dengan jenisnya, untuk kakao Mulia ditanam setelah bibit umur 6 bulan, Kakao Lindak umur 4-5 bulan
- Penanaman saat hujan sudah cukup dan persiapan naungan harus sempurna. Saat pemindahan sebaiknya bibit kakao tidak tengah membentuk daun muda (flush)

4. Pemeliharaan Tanaman

a. Penyiraman dilakukan 2 kali sehari (pagi dan sore) sebanyak 2-5 liter/pohon
b.Dibuat lubang pupuk disekitar tanaman dengan cara dikoak. Pupuk dimasukkan dalam lubang pupuk kemudian ditutup kembali.

Catatan: Akan lebih baik pemberian diselingi/ditambah SUPER NASA 1-2 kali/tahun dengan dosis 1 botol untuk + 200 tanaman. 1 botol SUPER NASA diencerkan dalam 2 liter (2000 ml) air dijadikan larutan induk. Kemudian setiap 1 liter air diberi 10 ml larutan induk tadi untuk penyiraman setiap pohon.

5. Pengendalian Hama & Penyakit

a. Ulat Kilan ( Hyposidea infixaria; Famili : Geometridae ), menyerang pada umur 2-4 bulan. Serangan berat mengakibatkan daun muda tinggal urat daunnya saja. Pengendalian dengan PESTONA dosis 5 - 10 cc / liter.

b. Ulat Jaran / Kuda ( Dasychira inclusa, Familia : Limanthriidae ), ada bulu-bulu gatal pada bagian dorsalnya menyerupai bentuk bulu (rambut) pada leher kuda, terdapat pada marke 4 dan 5 berwarna putih atau hitam, sedang ulatnya coklat atau coklat kehitam-hitaman. Pengendalian dengan musuh alami predator Apanteles mendosa dan Carcelia spp, semprot PESTONA.

c. Parasa lepida dan Ploneta diducta (Ulat Srengenge), serangan dilakukan silih berganti karena kedua species ini agak berbeda siklus hidup maupun cara meletakkan kokonnya, sehingga masa berkembangnya akan saling bergantian. Serangan tertinggi pada daun muda, kuncup yang merupakan pusat kehidupan dan bunga yang masih muda. Siklus hidup Ploneta diducta 1 bulan, Parasa lepida lebih panjang dari pada Ploneta diducta. Pengendalian dengan PESTONA.

d. Kutu - kutuan ( Pseudococcus lilacinus ), kutu berwarna putih. Simbiosis dengan semut hitam. Gejala serangan : infeksi pada pangkal buah di tempat yang terlindung, selanjutnya perusakan ke bagian buah yang masih kecil, buah terhambat dan akhirnya mengering lalu mati. Pengendalian : tanaman terserang dipangkas lalu dibakar, dengan musuh alami predator; Scymus sp, Semut hitam, parasit Coccophagus pseudococci Natural BVR 30 gr/ 10 liter air atau PESTONA.

e. Helopeltis antonii, menusukkan ovipositor untuk meletakkan telurnya ke dalam buah yang masih muda, jika tidak ada buah muda hama menyerang tunas dan pucuk daun muda. Serangga dewasa berwarna hitam, sedang dadanya merah, bagian menyerupai tanduk tampak lurus. Ciri serangan, kulit buah ada bercak-bercak hitam dan kering, pertumbuhan buah terhambat, buah kaku dan sangat keras serta jelek bentuknya dan buah kecil kering lalu mati. Pengendalian dilakukan dengan PESTONA dosis 5-10 cc / lt (pada buah terserang), hari pertama semprot stadia imago, hari ke-7 dilakukan ulangan pada telurnya dan pada hari ke-17 dilakukan terhadap nimfa yang masih hidup, sehingga pengendalian benar-benar efektif, sanitasi lahan, pembuangan buah terserang.

f. Cacao Mot ( Ngengat Buah ), Acrocercops cranerella (Famili ; Lithocolletidae). Buah muda terserang hebat, warna kuning pucat, biji dalam buah tidak dapat mengembang dan lengket. Pengendalian : sanitasi lingkungan kebun, menyelubungi buah coklat dengan kantong plastik yang bagian bawahnya tetap terbuka (kondomisasi), pelepasan musuh alami semut hitam dan jamur antagonis Beauveria bassiana ( BVR) dengan cara disemprotkan, semprot dengan PESTONA.

g. Penyakit Busuk Buah (Phytopthora palmivora), gejala serangan dari ujung buah atau pangkal buah nampak kecoklatan pada buah yang telah besar dan buah kecil akan langsung mati. Pengendalian : membuang buah terserang dan dibakar, pemangkasan teratur, semprot dengan Natural GLIO.

h. Jamur Upas ( Upasia salmonicolor ), menyerang batang dan cabang. Pengendalian : kerok dan olesi batang atau cabang terserang dengan Natural GLIO+HORMONIK, pemangkasan teratur, serangan berlanjut dipotong lalu dibakar.
Catatan : Jika pengendalian hama penyakit dengan menggunakan pestisida alami belum mengatasi dapat dipergunakan pestisida kimia yang dianjurkan. Agar penyemprotan pestisida kimia lebih merata dan tidak mudah hilang oleh air hujan tambahkan Perekat Perata AERO 810, dosis + 5 ml (1/2 tutup)/tangki.

6. Pemangkasan
- Pemangkasan ditujukan pada pembentukan cabang yang seimbang dan pertumbuhan vegetatif yang baik. Pohon pelindung juga dilakukan pemangkasan agar percabangan dan daunnya tumbuh tinggi dan baik. Pemangkasan ada beberapa macam yaitu :
- Pangkas Bentuk, dilakukan umur 1 tahun setelah muncul cabang primer (jorquet) atau sampai umur 2 tahun dengan meninggalkan 3 cabang primer yang baik dan letaknya simetris.
- Pangkas Pemeliharaan, bertujuan mengurangi pertumbuhan vegetatif yang berlebihan dengan cara menghilangkan tunas air (wiwilan) pada batang pokok atau cabangnya.
- Pangkas Produksi, bertujuan agar sinar dapat masuk tetapi tidak secara langsung sehingga bunga dapat terbentuk. Pangkas ini tergantung keadaan dan musim, sehingga ada pangkas berat pada musim hujan dan pangkas ringan pada musim kemarau.
Pangkas Restorasi, memotong bagian tanaman yang rusak dan memelihara tunas air atau dapat dilakukan dengan side budding.

7. Panen
Saat petik persiapkan rorak-rorak dan koordinasi pemetikan. Pemetikan dilakukan terhadap buah yang masak tetapi jangan terlalu masak. Potong tangkai buah dengan menyisakan 1/3 bagian tangkai buah. Pemetikan sampai pangkal buah akan merusak bantalan bunga sehingga pembentukan bunga terganggu dan jika hal ini dilakukan terus menerus, maka produksi buah akan menurun. Buah yang dipetik umur 5,5 - 6 bulan dari berbunga, warna kuning atau merah. Buah yang telah dipetik dimasukkan dalam karung dan dikumpulkan dekat rorak. Pemetikan dilakukan pada pagi hari dan pemecahan siang hari. Pemecahan buah dengan memukulkan pada batu hingga pecah. Kemudian biji dikeluarkan dan dimasukkan dalam karung, sedang kulit dimasukkan dalam rorak yang tersedia.

8. Pengolahan Hasil

Fermentasi, tahap awal pengolahan biji kakao. Bertujuan mempermudah menghilangkan pulp, menghilangkan daya tumbuh biji, merubah warna biji dan mendapatkan aroma dan cita rasa yang enak.
Pengeringan, biji kakao yang telah difermentasi dikeringkan agar tidak terserang jamur dengan sinar matahari langsung (7-9 hari) atau dengan kompor pemanas suhu 60-700C (60-100 jam). Kadar air yang baik kurang dari 6 %.
Sortasi, untuk mendapatkan ukuran tertentu dari biji kakao sesuai permintaan. Syarat mutu biji kakao adalah tidak terfermentasi maksimal 3 %, kadar air maksimal 7%, serangan hama penyakit maksimal 3 % dan bebas kotoran.
Selengkapnya...

Sintesis Kebijakan Agribisnis Lada

Oleh: Prof. Dr. Ir. Elna Karmawati, MS
Analisis kebijakan adalah proses atau kegiatan mensintesa informasi, untuk menghasilkan rekomendasi opsi desain kebijakan. Analisis kebijakan merupakan suatu proses atau kegiatan sintesa informasi pemaduan berbagai informasi, baik informasi yang berasal dari hasil penelitian, mas media maupun yang berasal dari undang-undang yang sudah disahkan, sehingga diperoleh kebijakan yang dapat mendorong kemajuan perkebunan. Dimana kebijakan memerlukan rumusan secara komprehensif sehingga dapat berguna sebagai salah satu mesin pertumbuhan ekonomi Indonesia. Dengan demikian kebijakan yang diterapkan sudah melalui perencanaan yang matang.

Salah satu contoh kebijakan statejik tersebut adalah pencanangan revitalisasi di sektor pertanian, Kebijakan lain yang telah ditempuh pemerintah untuk kemajuan sektor pertanian adalah penghapusan pajak ekspor hasil pertanian dan tetap memberikan subsidi pupuk kepada petani. Pada opini kali ini akan coba diurai terkait dengan pengembangan lada di tanah air.


Sebagai pengekspor lada putih Indonesia masih beruntung karena tetap bertahan sebagai penghasil utama. Komoditas tersebut merupakan salah satu tanaman rempah yang paling banyak diminati luar negeri. Sedangkan sebagai penghasil lada hitam Indonesia sudah mulai digeser oleh Vietnam. Ancaman tersebut menuntut produk Indonesia untuk lebih dapat bersaing dalam hal harga dan mutu. Untuk dapat memperoleh produk yang dapat bersaing, harus dapat dimulai dari usahatani yang efisien, sedang sampai saat ini perkembangan tanaman lada sudah sangat menurun dan sudah kurang diminati oleh petani. Oleh sebab itu faktor-faktor yang menghambat dan mendorong pertumbuhan lada perlu dipelajari, sehingga dapat dihasilkan saran-saran kebijakan alternatif dalam pengembangan tanaman lada di Indonesia.

Daerah kajian meliputi Propinsi Lampung dan Bangka.

II. SIMPUL SIMPUL AGRIBISNIS LADA

Pembahasan hasil survei lada ini akan dikelompokkan berdasarkan simpul-simpul agribisnis karena kontribusi agribisnis dalam meningkatkan pendapatan petani lebih besar dan beragam dibandingkan dengan pendapatan usahatani (Kemala,1993). Subsistem tersebut adalah subsistem hulu, subsistem produksi, pengolahan hasil serta subsistem pemasaran dan kelembagaan. Subsistem Hulu Di bangka, penurunan volume ekspor lada putih, disebabkan oleh penurunan produksi dari 34.165 ton pada tahun 2001 menjadi 16.292 ton pada tahun 2006, yang disebabkan oleh penurunan luas areal dan produktivitas dari 1.1 ton/ha menjadi 0.78 ton/ha .

Penurunan produksi tersebut selain disebabkan oleh alih profesi ke pertambangan yang lebih menjanjikan bagi petani lada, juga disebabkan oleh penggunaan bibit asalan dari kebun sendiri atau tetangganya, bahkan masih banyak petani yang menggunakan sulur gantung. Apabila luas areal lada akan dikembalikan seperti luas semula pada tahun 2001, 50 juta bibit. Padahal lada unggul yaitu Petaling-1 dan Petaling-2 telah dilepas. Potensi produktivitas 4 ton/ha dan lebih toleran terhadap penyakit kuning.

Tidak berbeda dengan Bangka, penggunaan bibit asalan juga terjadi pada petani di Propinsi Lampung. Sebagian besar petani menggunakan sulur gantung jenis lada lokal dan sebagian lagi menggunakan jenis belantung, yang berasal sendiri atau membeli dari teman dan merasa yakin bahwa dari sekian jenis lada lokal, jenis belantung merupakan jenis yang paling toleran terhadap penyakit BPB. Bahkan petani yang terlibat Prima Tani pun belum mempercayai 100% bahwa varietas Natar 1** yang telah dilepas dapat berproduksi tinggi dan tahan terhadap BPB, walaupun di desa binaan Prima Tani yaitu Desa Sukamarga, Kecamatan Abung Tinggi telah dibina kelompok petani penangkar benih lada Natar 1**. Akibat dari pemilihan bibit lada asalan tersebut produktivitas lada hitam di Lampung dari 663.18 kg/ha pada tahun 2003 (Ditjenbun, 2004) menjadi 485 kg/ha pada tahun 2006 (Disbun Lampung, 2007), padahal potensi produktivitas lada unggul (Natar 1) adalah 4 ton/ha (Kemala, 2007).

Subsistem Usahatani

Di Bangka, lada diusahakan dalam bentuk budidaya yaitu
a). budidaya tiang panjat mati,
b). budidaya tiang panjat hidup, dan
c) budidaya lada perdu.

Budidaya tiang panjat mati sebagian besar (98,4%) diusahakan dipropinsi Bangka Belitung (Zaubin dan Yufdi, 1996). Budidaya tiang panjat mati disebut budidaya intensif, karena menggunakan tiang panjat kayu yang bermutu tinggi serta menggunakan pupuk dan pestisida dosis tinggi sehingga biaya produksi lebih tinggi dibandingkan dengan tiang panjat hidup. Namun demikian masa produksi lada tiang panjat mati hanya 3 tahun, dengan produktivitas optimum minimal 1 ton/ha. Dengan harga tiang panjat mati yang makin mahal (sekarang mecapai Rp. 10.000/batang), maka petani mulai mencari tiang panjat yang lebih murah tetapi bagus dengan harga Rp. 4.000/batang.

Petani umumnya sudah mengerti cara budidaya lada, karena sifatnya yang turun temurun. Namun dosis pupuk digunakan disesuaikan dengan modal yang dipunyai,kadangkadang dosisnya penuh kadang-kadang hanya sebagian. Sebagian besar petani menggunakan tenaga kerja keluarga kecuali panen. Mulai dari tanam, pemupukan, pengendalian hama, penyiangan dan penyulaman dilaksanakan bersama istri, anak dan menantu. Usahatanu lada belum mendapat dukungan atau ada lembaga keuangan yang membantu dalam pendanaan usaha tani nya.

Sedangkan di Propinsi Lampung, lada diusahakan dalam 3 bentuk budidaya yaitu a). budidaya tiang panjat mati,
b). budidaya tiang panjat hidup dan
c). budidaya lada perdu.

Di Lampung petani menggunakan tiang panjat hidup. Tiang panjat hidup yang umumnya digunakan adalah pohon dadap ( Erytrina fusca Laur), gamal ( Gliricidia maculata) dan kapok ( Ceiba pentandra). Tiang panjat ini memerlukan pemangkasan tiga kali setahun, tapi umumnya hanya dilakukan dua kali setahun untuk mengantisipasi adanya musim kemarau panjang. Meskipun tanaman lada membutuhkan pupuk N, P, dan K 3 ton/tahun dan sudah tersedia di kios-kios pupuk tingkat desa, namun sebagian besar petani tidak menggunakan pupuk N,P,K akibat tidak mempunyai modal yang cukup. Beberapa petani menggunakan pupuk NPK namun dosisnya sangat rendah. Analisis usahatani lada menunjukkan bahwa, sebenarnya menguntungkan seperti yang pernah dihitung oleh Nurasa dan Supriatna, (2005). Namun karena petani kurang dapat merawat tanamannya (kurang modal) dan adanya serangan penyakit BPB produktivitas menjadi menurun.

Untuk mempertahankan Lampung sebagai pengasil lada hitam dunia (Lampung Black
Pepper), strategi yang harus dilaksanakan adalah

a). pendekatan teknologi yang telah dihasilkan dari peneliti ke petani sehingga petani tidak salah persepsi,

b). Menganjurkan untuk melakukan pola tanam baik antara lada dan perkebunan lainnya maupun lada dengan ternak, atau

c). Mencari wilayah baru dengan membuat peta kesesuaian lahan untuk luar sentra produksi yang ada sekarang tapi tetap di wilayah Lampung.

2.3 Subsistem Pengolahan Hasil

Pengolahan hasil lada putih masih sangat tradisional. Pengolahan secara tradisional memerlukan waktu yang cukup lama, air yang bersih dan tenaga yang banyak. Buah lada dirontokkan dengan cara diinjak atau menggunakan tangan, kemudian direndam dengan menggunakan air kolong selama 10-14 hari, kualitas air yang kurang memadai menyebabkan aroma khas lada putih kurang tajam dan masih mengandung lada hitam. Mutu lada putih yang dihasilkan ditingkat petani cenderung rendah dan tidak memenuhi syarat negara importir. Hal ini menyebabkan harga lada putih yang baik dengan lada putih yang tercampur lada hitam berbeda Rp. 1.000/kg. Untuk meningkatkan nilai ekonomi dan daya saing lada Indonesia dipasar dunia perlu dilakukan perbaikan pengolahan dan penerapan sistem manajemen mutu di tingkat petani. Apabila petani lada dapat melakukan usahataninya secara berkelompok, perendaman dengan air bersih dapat dilakukan dengan membuat bak-bak perendaman dengan air yang mengalir yang dapat bertahan selama beberapa tahun.

Di Propinsi Lampung, pengolahan lada lebih bervariatif diantaranya dijadikan lada hitam, lada putih, lada hijau, lada bubuk, minyak lada dan Oleoresin lada, dengan produk utama (lada hitam dan putih) serta produk samping (lada enteng, menir dan debu). Hampir semua petani di Lampung menjual lada dalam bentuk lada hitam, buah lada dipanen dengan menggunakan tenaga kerja luar dengan upah yang sangat bervariasi yaitu dengan upah harian atau bagian dari hasil panen lada yaitu Rp. 500-Rp800, per 1 kg hasil atau sekitar 30 HOK per hektar atau untuk menghasilkan 1 ton kering lada diperlukan 5 orang selama 30 hari mulai dari panen sampai lada siap jual.

Berdasarkan hasil survei tersebut jelas petani tidak mengenal produk lain selain lada hitam, ada beberapa petani telah menjual lada bubuk namun peningkatan pendapatan petani tidak seberapa, oleh sebab itu perlu sekali untuk membina petani dalam hal diversifikasi produk lada untuk meningkatkan nilai tambah.

3.4 Subsistem Pemasaran Lada

Rantai pemasaran di Bangka cukup efisien. Bagian harga yang diterima sekitar 78.26-
79.10% (Puslitbangbun, 2003). Petani menjual lada putih ke pedagang desa, pedagang desa ke pedagang kabupaten, dari pedagang kabupaten ke eksportir. Dari pedagang desa diperoleh informasi bahwa lada putih dari petani dibeli dengan harga Rp.38.000/kg. Kalau mutunya kurang baik hanya dibeli dengan harga Rp. 37.000/kg. Kemudian secara keseluruhan dijual ke pedagang besar di kabupaten dengan harga Rp. 38.250/kg. Disebutkan bahwa dari rata-rata 40.000 ton ekspor per tahun, pada tahun 2006 hanya dapat mengekspor 7.000-8.000 ton. Disebutkan bahwa saat ini lada putih Indonesia hanya mencapai kedudukan nomor 4, yang sebelumnya sempat menjadi eksportir kedua.

Di Propinsi Lampung, petani menjual lada hitam ke pegadang pengumpul di desa, kemudian pedagang mengumpul menjual ke pegadang besar sebelum ke eksportir. Keuntungan yang diterima pedagang pengumpul maksimal Rp.1.000/kg. Begitu pula dipedagang besar di pasar Kabupaten , karena persaingan antara pedagang besar di pasar kabupaten sangat ketat untuk dapat membeli lada petani dengan harga tinggi. Dilihat dari margin keuntungan yang diperoleh pedagang pengumpul maupun pedagang besar, bagian harga yang diterima petani cukup besar yaitu lebih dari 85%.

Harga lada ditentukan oleh informasi yang diterima oleh pedagang besar dari eksportir dan harga ini dikontrol hampir setiap waktu oleh eksportir berdasarkan harga luar negeri. Pada saat survei berlangsung harga yang dicapai Rp. 30.000/kg lada hitam kering.

Masalah yang ditemui dalam rantai tataniaga adalah pedagang pengumpul selalu berusaha untuk mencampur produk petani yang sudah baik dengan lada asalan atau campuran lain yang memang khusus dibeli dengan harga murah. Ditingkat eksportir bagian yang baik dan bagian pencampur dipisah lagi, bagian produk yang bermutu tinggi diekspor, sedang bagian yang jelek dijual lagi ke pedagang besar untuk djual kepedagang pengumpul dangan harga murah.

2.5 Subsistem Kelembagaan dan Kebijakan

Investasi yang dibutuhkan untuk usahatani lada intensif saat ini bisa mencapai Rp. 20-Rp.25 juta sampai tahun ke 3. Komponen modal yang banyak diperlukan adalah pengadaan pupuk, pestisida dan tiang panjat. Dengan menurunnya minat untuk menambang timah saat ini karena kadar timah sudah sangat kurang, maka minat untuk menanam lada mulai tumbuh. Hal ini dapat dilihat dengan munculnya tanaman-tanaman baru di lapangan sekitar Bangka Tengah dan Bangka Selatan, maka penyuluhan harus mulai ditingkatkan kembali. Untuk pengembangan usahatani lada diperlukan lembaga kredit formal dengan tingkat bunga yang wajar. Dengan adanya program Departemen Pertanian untuk memberikan modal usaha agribisnis bagi pedesaan tahun 2008 (Media Indonesia, 13 Agustus 2007), diharapkan Pemda Propinsi Bangka Belitung dapat mengajukan kredit ini bagi petani lada. Menteri Pertanian akan menyiapkan anggaran sebesar Rp. 1 triliun untuk 10 ribu desa (modal awal Rp. 100 juta/desa).

Di Propinsi Lampung, 80% petani tidak mempunyai modal sehingga kebunnya tidak
terawat, oleh sebab itu diperlukan lembaga kredit formal dengan tingkat bunga yang cukup wajar. Masalah yang dihadapi saat ini oleh petani lada adalah adanya kebijakan dari pemerintah pusat mengenai Revitalisasi Perkebunan yang hanya memfokuskan pada tanaman kelapa sawit, kakao dan karet sehingga kebijakan ini diturunkan ke tingkat provinsi dan kabupaten. Prioritas ditingkat kabupaten mengenai penganggaran baik berupa hibah berbantuan maupun pinjaman difokuskan ke tiga komoditas tersebut, lada hanya dibiayai seadanya. Untuk mengatasi hal ini perlu kebijakan mulai dari tingkat pusat untuk menelaah lebih lanjut untuk menambahkan komoditas lada pada Revitalisasi Perkebunan agar menyentuh perkebunan tingkat petani.

Untuk kebutuhan teknologi lada Badan Litbang Pertanuan telah banyak menghasilkan varietas unggul, tiang panjat , cara pemupukan, cara penanggulangan hama penyakit, alat-alat pengering, pengupas dan perontok sampai kesesuaian lahan dan iklim, namun teknologi ini belum sampai kepada petani lada. Upaya-upaya sosialisasi perlu terus dikembangkan agar tingkat adopsi dan penguasaaan teknologi oleh petani dapat diimplemtasikan pada skala yang lebih luas.

IV. KESIMPULAN DAN SARAN

Setiap tahap dari subsistem agribisnis lada mempunyai berbagai permasalahan mulai
dari industri/penangkar benih, kurangnya perawatan kebun, adanya serangan penyakit, kurangnya penyuluhan, rendahnya adopsi teknologi kurangnya modal petani dan adanya usaha pencampuran lada asalan pada produk petani. Oleh sebab itu diperlukan kebijkan-kebijakan untuk membantu peningkatan pendapatan petani lada sebagai berikut :

1. BPTP adalah ujung tombak dari Badan Litbang Pertanian di daerah. Lada adalah salah satu andalan komoditas ekspor setelah kopi, oleh sebab itu untuk dapat mentransfer teknologi dari Puslit/Balai Penelitian yang bersifat nasional ke daerah sentra produksi lada perlu kebijakan khusus untuk memprioritaskan pengkajian dan pengembangan lada di BPTP, seperti yang disarankan oleh Pemerintah Daerah. Sampai saat ini peneliti lada di BPTP hampir tidak ada.

2. Salah satu bentuk untuk mendesiminasikan paket teknologi mulai dari perbanyakan tanaman, teknik budidaya dan pengolahan hasil diperlukan demonstrasion plot yang luasnya tidak sedikit (minimal 100 ha), untuk meyakinkan petani bahwa paket teknologi yang diperkenalkan memberikan nilai tambah. Untuk hal itu diperlukan kemitraan secara terpadu antara Petani, Swasta dan Pemerintah Daerah.

3. Petani lada sangat miskin dalam permodalan. Dengan adanya program, Menteri Pertanian untuk membantu petani miskin di daerah dengan memberikan kredit mikro sebanyak 1 triliun untuk 10.000 desa miskin, diharapkan Pemerintah Kabupaten yang mempunyai desa miskin dan merupakan daerah sentra produksi lada untuk menjemput bola dan memperoleh prioritas pada tahun 2008.

4. Dengan adanya program Revitalisasi Perkebunan yang memfokuskan 3 komoditas perkebunan yaitu kelapa sawit, karet dan kakao diharapkan Pemerintah Daerah membuat pewilayahan untuk menempatkan ketiga komoditas tersebut di luar wilayah pengembangan lada sehingga tidak menggantikan komoditas lada.

5. Penerapan program pengembangan lada perlu secara berkesinambungan agar pembinaan petani lada dapat secara efektif dan holistik. Artinya sejajar setiap tahun ada program lada, jadi tidak hanya program kakao.

6. Perlu pengadaan stek lada unggul yang disiapkan institusi teknis pada awal tahun 2008 dan sebagai bahan untuk kebun benih/induk lada di setiap wilayah pengembangan.

7. Tahapan proses untuk menyusun rumusan tanaman obat sudah ada dan harus dituntaskan pada tahun 2008. Dengan memilih skenario herakhi sintesa kebijakan dan struktur herakhi sintesa penelitian dan pengembangan.


Source : http://perkebunan.litbang.deptan.go.id

Selengkapnya...

Sabtu, 01 Mei 2010

Teknologi Pengolahan Tanaman Obat dan Peranan Tanaman Obat Dalam Pengembangan Hutan Tanaman

Selesai pencucian rimpang, daun atau herbal ditiriskan dirak-rak pengering. Hal ini dilakukan sampai bahan tidak meneteskan air lagi. Untuk komoditas temu-temuan pengeringan rimpang dilakukan selama 4-6 hari dan cukup didalam ruangan saja. Setelah kering rimpang disortir kembali sesuai dengan standar mutu perdagangan atau mungkin dapat diolah lebih lanjut. Khusus untuk rimpang jahe, standar perdagangan dikategorikan sbb: Mutu I : bobot 250 g/rimpang, kulit tidak terkelupas, tidak mengandung benda asing dan tidak berjamur, Mutu II : bobot 150-249 g/rimpang, kulit tidak terkelupas, tidak mengandung benda asing dan tidak berjamur dan Mutu III: bobot lebih kecil, kulit terkelupas maksimum 10%, benda asing maksimum 3% dan kapang maksimum 10%.

Peranan Tanaman Obat Dalam Pengembangan Hutan Tanaman
Perkembangan Iptek (ilmu pengetahuan dan teknologi) di bidang budidaya tanaman obat dan pembangunan hutan tanaman telah memungkinkan untuk melakukan manipulasi terhadap faktor lingkungan sebagai menunjang kehidupan masyarakat setempat. Salah satu kelompok tanaman yang berasosiasi dengan ekosistem hutan (konservasi, lindung dan/atau produksi) adalah yang berkhasiat obat, kosmetik dan berbagai produk bahan makanan dan minuman sehat.

Rekayasa teknologi budidaya, alat, sosial-budaya, pasca panen dan industri untuk pengembangan berbagai jenis tanaman obat yang dilandasi Iptek dapat menunjang pembangunan sistem berusaha tani/berwana tani untuk percepatan pembangunan hutan tanaman. Karakteristik berbagai tanaman obat yang menunjang pertumbuhannya untuk menghasilkan produk berguna bagi masyarakat memberi peluang untuk dibangun dan dikembangkan bersama jenis-jenis tanaman dalam hutan tanaman didaerah tertentu. Bagaimanapun, hal ini tetap berlandas pada sosial budaya setempat yang mempengaruhi ekosistem pertanian, perkebunan dan kehutanan. Berbagai keuntungan yang dihasilkan dengan berperannya tanaman obat dalam hutan tanaman adalah : pendapatan, kesejahteraan, konservasi berbagai sumber daya, pendidikan non formal, keberlanjutan usaha dan penyerapan tenaga kerja serta keamanan sosial. Pemberdayaan aset (asset) hutan tanaman yang bijaksana dapat membantu program pembangunan hutan di berbagai daerah di Indonesia yang di dalamnya terkandung pula upaya menyehatkan sumberdaya alam nasional.






Hutan tanaman, yang berangkat dari pembangunan jenis hutan yang berdaya guna majemuk dan berlanjut pada pengembangan bertahap sebelum mencapai fungsinya sebagai kawasan hutan, turut mempengaruhi perkembangan ekosistem dalam hutan tanamandan pola pertanian masyarakat yang berkembang di sekitarnya. Determinasi pokok terhadap hasil ditentukan oleh keberhasilan pengembangan hutan tanaman menjadi sumber pendapatan, sarana perbaikan ekosistem dan konservasi alam.

Kawasan hutan tanaman memiliki potensi besar untuk tempat membudidayakan dan mengembangkan berbagai jenis tanaman obat dalam kondisi sinergik. Tanaman obat dengan tegakan hutan tanaman dapat mempercepat proses pembentukan tipe ekosistem yang kondusif bagi pengembangan hutan produktif dalam mencapai sasaran hutan yang mendekati hutan alam.

Perkembangan teknologi budidaya, proses panen dan pasca panen tanaman obat telah memungkinkan peningkatan produktivitas dan daya guna tanaman obat. Daya guna yang utama adalah bahan baku obat tradisional, modern dan produk diversifikasi yang lain yang bernilai ekonomi tinggi. Peluang yang terbuka untuk membangun industri rumah tangga, industri kecil atau menengah akan ditentukan oleh besarnya usaha tanaman obat dalam satu masyarakat sekitar hutan tanaman dan sarana prasarana transportasi, pasar dan lembaga kemasyarakatan yang aktif.

Keuntungan majemuk yang dihasilkan oleh pengembangan tanaman obat dalam pengembangan hutan tanaman meliputi : (1) keberhasilan pengelolaan hutan tanaman melalui penyediaan sumber pendapatan yang berkelanjutan; (2) penyediaan lapangan kerja bagi masyarakat yang bekerja pada bidang pertanian, industri rumah tangga/kecil atau menengah, perdagangan; (3) peningkatan pendapatan dan kesejahteraan; (4) peningkatan pendapatan asli daerah; dan (5) pengembangan usaha regional.

Bantuan kepada petani dari berbagai sumber atau mitra usaha memerlukan sistem yang jelas dan berpedoman pada prinsip saling menguntungkan dan ditata secara profesional. Berbagai bantuan dalam kemitraan yang sangat esensial sifatnya adalah : pendampingan teknologi oleh peneliti dan penyuluh spesialis, pengadaan dan pengorganisasian modal usaha (kredit), koperasi desa untuk pengadaan sarana produksi dan penampngan hasil, serta tenaga perindustrian setempat. Status kemitraan yang diharapkan adalah atas dasar 'bapak angkat-anak angkat'.

Peranan tanaman obat dalam pengembangan hutan tanaman perlu diwujudkan dalam suatu program terpadu antar sumber pengambil kebijakan, teknologi, permodalan dan petani setempat.

Teknologi Pengolahan Tanaman Obat

Saat ini industri tanaman obat tradisional telah berkembang pesat di Indonesia, tetapi (terutama pada skala industri rumah tangga) apakah produknya sudah optimal dan memenuhi standar mutu? Pada kesempatan ini akan diinformasikan bagaimana teknik pengolahan dari beberapa jenis tanaman obat yang baik (jahe, temulawak, kunyit, kencur, sambiloto, pegagan). Teknik pengolahan sangat berpengaruh terhadap khasiat dariproduk tanaman yang diperoleh. Jika penanganan ataupun pengolahannya tidak benar maka mutu produk yang dihasilkan kurang berkhasiat atau kemungkinan dapat menimbulkan toksik apabila dikonsumsi.

Teknik pengolahan tanaman obat terdiri dari sortasi, pencucian, penjemuran/penirisan, pengirisan /perajangan, dan pengolahan lebih lanjut menjadi berbagai produk/diversifikasi produk. Tanaman obat dapat diolah menjadi simplisia, serbuk, minyak atsiri, ekstrak kental/kering, kapsul, tablet dan minuman (sirup, instant, permen) dll.


Karakteristik Inovasi Teknologi

• Penyortiran

Penyortiran harus segera dilakukan setelah bahan selesai dipanen, terutama untuk komoditas temu-temuan, seperti: kunyit, temulawak, jahe dan kencur. Rimpang yang baik dengan yang busuk harus segera dipisahkan juga tanah, pasir maupun gulma yang menempel harus segera dibersihkan. Demikian juga untuk tanaman obat yang diambil daunnya maupun herba (Sambiloto, pegagan), setelah dipanen langsung disortir, daun yang busuk, kering maupun gulma lainnya harus segera dipisahkan.

• Pencucian

Setelah disortir bahan harus segera dicuci sampai bersih jangan dibiarkan tanah berlama-lama menempel pada rimpang karena dapat mempengaruhi mutu bahan. Pencucian harus menggunakan air bersih, seperti : air dari mata air, sumur atau PAM. Cara pencucian dapat dilakukan dengan cara merendam sambil disikat menggunakan sikat yang halus. Perendaman tidak boleh terlalu lama karena zat-zat tertentu yang terdapat dalam bahan dapat larut dalam air sehingga mutu bahan menurun. Penyikatan diperbolehkan karena bahan yang berasal dari rimpang pada umumnya terdapat banyak lekukan sehingga perlu dibantu dengan sikat. Tetapi untuk bahan yang berupa daun-daunan cukup dicuci dibak pencucian sampai bersih dan jangan sampai direndam berlama-lama.

• Penirisan dan Pengeringan

Selesai pencucian rimpang, daun atau herbal ditiriskan dirak-rak pengering. Hal ini dilakukan sampai bahan tidak meneteskan air lagi. Untuk komoditas temu-temuan pengeringan rimpang dilakukan selama 4-6 hari dan cukup didalam ruangan saja. Setelah kering rimpang disortir kembali sesuai dengan standar mutu perdagangan atau mungkin dapat diolah lebih lanjut. Khusus untuk rimpang jahe, standar perdagangan dikategorikan sbb: Mutu I : bobot 250 g/rimpang, kulit tidak terkelupas, tidak mengandung benda asing dan tidak berjamur, Mutu II : bobot 150-249 g/rimpang, kulit tidak terkelupas, tidak mengandung benda asing dan tidak berjamur dan Mutu III: bobot lebih kecil, kulit terkelupas maksimum 10%, benda asing maksimum 3% dan kapang maksimum 10%.

• Penyimpanan

Jika belum diolah bahan dapat dikemas dengan menggunakan jala plastik, kertas maupun karung goni yang terbuat dari bahan yang tidak beracun/tidak bereaksi dengan bahan yang disimpan. Pada kemasan jangan lupa beri label dan cantumkan nama bahan, bagian tanaman yang digunakan, no/kode produksi, nama/alamat penghasil dan berat bersih. Hal-hal yang perlu diperhatikan untuk ruang penyimpanan, yaitu gudang harus bersih, ventilasi udara cukup baik, tidak bocor, suhu gudang maksimal 30°C, kelembaban udara serendah mungkin 65% dan gudang bebas dari hewan, serangga maupun tikus dll.

• Pengolahan

Dalam pengolahan tanaman obat perlu diperhatikan teknik pengolahan yang baik karena menyangkut standar mutu. Hal ini ada hubungannya dengan masalah kebersihan maupun bahan aktif.

Source :
• Departemen Kehutanan Republik Indonesia
• Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik (Balittro)



Selengkapnya...

Penyebab Terbesar Pemanasan Global - Makanan Kita atau Industri ?


Alarm tanda bahaya dampak pemanasan global berbunyi semakin nyaring. Pola pencairan es di Kutub merupakan salah satu indikatornya. Perubahan demi perubahan melaju dalam hitungan bulan. Tanggal 18 Maret 2008, Jay Zwally, ahli iklim NASA, memprediksi es di Antartika hampir semua akan mencair pada akhir musim panas 2012. Hanya dalam waktu dua bulan prediksi itu bergeser. Tanggal 1 Mei 2008 lalu, prediksi terbaru dilansir NASA: mencairnya semua es di Arktika bisa terjadi di akhir tahun 2008 ini. Sederet tanda-tanda bahaya yang telah terjadi sebelumnya adalah volume es di Arktika pada musim panas 2007 hanya tinggal setengah dari empat tahun sebelumnya. Es di Greenland yang telah mencair mencapai 19 juta ton. Fenomena terbaru lainnya, pada tanggal 8 Maret 2008 beting es Wilkins di Antartika yang berusia 1500 tahun pecah dan runtuh seluas 414 kilometer persegi (hampir 1,5 kali luas kota Surabaya atau sepertiga luas Jakarta).

Dalam laporan PBB (FAO) yang berjudul Livestock's Long Shadow: Enviromental Issues and Options (Dirilis bulan November 2006), PBB mencatat bahwa industri peternakan menghasilkan emisi gas rumah kaca yang paling tinggi (18%), jumlah ini melebihi gabungan dari seluruh transportasi di seluruh dunia (13%). PBB juga menambahkan bahwa emisi yang dihitung hanya berdasarkan emisi CO2 saja, padahal industri peternakan juga merupakan salah satu sumber utama pencemaran tanah dan air bersih. Peternakan melepaskan 9 % karbondioksida dan 37 % gas metana (23 kali lebih berbahaya dari CO2). Selain itu, kotoran ternak menyumbang 65 % nitrooksida (296 kali lebih berbahaya dari CO2), serta 64 % amonia penyebab hujan asam.

Ada 400 miliar ton gas Metana di dasar laut Kutub yang dapat memusnahkan kehidupan di Bumi


Efek domino apa yang membayang bila es di Arktika mencair semua? Mencairnya es di Arktika tidak akan menaikkan level permukaan air laut, melainkan akan mempercepat siklus pemanasan global itu sendiri. Bila es di Arktika mencair semua, 80% sinar matahari yang sebelumnya dipantulkan akan diserap 95% oleh air laut. Konsekuensi lanjut adalah potensi terlepasnya 400 miliar ton gas metana atau 3000 kali dari jumlah gas metana di atmosfer. Gas metana dapat terlepas akibat mencairnya bekuan gas metana yang stabil pada suhu di bawah dua derajat celcius. Seperti diketahui, gas metana memiliki efek rumah kaca 25 kali lebih besar dari gas CO2. Salah satu skenario yang mungkin terjadi adalah terulangnya bencana kepunahan massal yang pernah terjadi pada 55 juta tahun yang lalu dikenal dengan masa PETM (Paleocene-Eocene Thermal Maximum). Saat itu, gas metana yang terlepas ke atmosfer mengakibatkan percepatan pemanasan global hingga mengakibatkan kepunahan massal. Bukti geologi lain menunjukkan kepunahan massal juga pernah terjadi 251 juta tahun lalu, pada akhir periode Permian. Akibat terlepasnya gas metana, lebih dari 94% spesies mengalami kepunahan massal. Kematian massal terjadi mendadak karena turunnya level oksigen secara ekstrem.

Membaca fakta-fakta di atas, satu hal yang patut digarisbawahi adalah tenggat waktu yang semakin sempit. Dr. Rajendra K. Pachauri, Ketua IPCC, menekankan bahwa dua tahun ke depan merupakan masa tenggat penting untuk menghambat laju pemanasan global yang bergerak dengan sangat cepat. James Hansen, ahli iklim NASA, mengatakan bahwa kita telah berada di titik sepuluh persen di atas batas ambang kemampuan Bumi mencerna CO2. Artinya, kita telah melampaui titik balik. Pada level saat ini, tindakan yang harus diambil bukan lagi mengurangi, melainkan menghentikan.

Kita butuh kecepatan dan ketepatan membaca masalah hingga dapat memilih solusi yang efektif. Solusi yang mampu berpacu dengan waktu untuk memperlambat laju pemanasan global. Berkaitan dengan ini, dalam konferensi persnya di Paris, 15 Januari 2008, Pachauri mengimbau masyarakat dunia dalam tingkat individu untuk: pertama, jangan makan daging. Kedua, kendarai sepeda. Ketiga, jadilah konsumen yang hemat.


Mengapa "jangan makan daging" berada pada urutan pertama? Fakta berbicara, seperti laporan yang dirilis Badan Pangan Dunia – FAO (2006) dalam Livestock's Long Shadow – Environmental Issues and Options, daging merupakan komoditas penghasil emisi karbon paling intensif 18%), bahkan melebihi kontribusi emisi karbon gabungan seluruh kendaraan bermotor (motor, mobil, truk, pesawat, kapal, kereta api, helikopter) di dunia (13%). Peternakan juga adalah penggerak utama dari penebangan hutan. Diperkirakan 70% persen bekas hutan di Amazon telah dialih-fungsikan menjadi ladang ternak. Setiap tahunnya, penebangan hutan untuk pembukaan lahan peternakan berkontribusi emisi 2,4 miliar ton CO2.

Memelihara ternak membutuhkan energi listrik untuk lampu-lampu dan peralatan pendukung peternakan, mulai dari penghangat ruangan, mesin pemotong, mesin pendingin untuk penyimpanan daging. Mesin pendingin merupakan mata rantai paling tidak efisien energi listrik. Hitung saja mesin pendingin mulai dari rumah jagal, distributor, pengecer, rumah makan, pasar hingga sampai pada konsumen. Mata rantai inefisiensi berikutnya adalah alat transportasi untuk mengangkut ternak, makanan ternak, sampai dengan elemen pendukung lain dalam peternakan intensif seperti obat-obatan, hormon dan vitamin.

Mata rantai lain yang sangat tidak efisien tapi telah berlaku demikian kronis adalah pemanfaatan hasil pertanian untuk peternakan. Dua pertiga lahan pertanian di muka Bumi ini digunakan untuk peternakan. Sebagai contoh, Eropa mengimpor 70% protein (kedelai, jagung dan gandum) dari pertanian untuk peternakan. Indonesia sendiri pada tahun 2006 mengimpor jagung untuk pakan ternak 1,77 juta ton. Prediksi produksi pakan ternak naik dari 7,2 juta ton menjadi 7,7 juta ton, kata Ketua Gabungan Perusahaan Pembibitan Unggas-Paulus Setiabudi (Kompas, 8 November 2007). Sementara itu, menurut data Indonesian Nutrition Network (INN), setengah dari penduduk Indonesia mengalami kelaparan tersembunyi (16 Sept 2005), sebagaimana yang dikemukakan oleh Menteri Kesehatan DR. dr. Fadillah Supari, SPJP(K).


Tanggal 30 April 2008 lalu, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengajak segenap bangsa ini untuk bersama saling membahu menghadapi krisis pangan dunia. Akar masalah kelangkaan pangan jika dicermati salah satunya adalah krisis manajemen lahan itu sendiri. Secara matematis, inefisiensi pemakaian lahan pertanian untuk pakan ternak tercermin dari perhitungan kalori yang "terbuang" untuk membesarkan ternak cukup. Pakan yang selama ini diberikan kepada ternak dapat memenuhi kebutuhan kalori 8,7 miliar orang! Berarti masih ada kelebihan kalori untuk 2,1 miliar orang. Sebenarnya tidaklah sulit untuk memahami mendesaknya perubahan pola makan ini, yakni perubahan ke pola makan yang mata rantainya pendek. Perut manusia bisa langsung mencerna kedelai, jagung dan gandum tanpa harus melalui perut ternak terlebih dahulu. Tidakkah beralih ke pola makan bebas daging justru dapat menjadi solusi ketimpangan akses pangan seluruh dunia?


Pertanian untuk pakan ternak itu sendiri merupakan penyumbang 9% CO2 (karbondioksida) , 65% N2O (dinitrooksida) dan 37% CH4 (metana). Perlu diketahui efek rumah kaca N2O adalah 296 kali CO2, sedangkan CH4 adalah 25 kali CO2. Satu lagi masalah industri peternakan yang sangat krusial yakni, inefisiensi air. Sekian triliun galon air diperuntukkan untuk irigasinya saja. Sebagai gambaran sederhana, untuk mendapatkan satu kilogram daging sapi mulai dari pemeliharaan, pemberian pakan ternak, hingga penyembelihan seekor sapi membutuhkan satu juta liter air! Data yang dihimpun Lester R. Brown, Presiden Earth Policy Institute dan Worldwatch Institute, memaparkan dalam bukunya "Plan B 3.0 Mobilizing to Save Civilization" (2008) bahwa karena untuk memproduksi satu ton biji-bijian membutuhkan seribu ton air, tidak heran bila 70% persediaan air di dunia digunakan untuk irigasi.


Jejak emisi gas rumah kaca daging terukur jelas. Dr Rajendra memberi ilustrasi konversi energi untuk memelihara sampai menghasilkan sepotong daging sapi, domba atau babi sama besar dengan energi yang dibutuhkan untuk menyalakan lampu 100 watt selama 3 minggu. Satu kilogram daging menyumbang 36,4 kg CO2, tidak heran bila data dari film dokumenter "Meat The Truth" menyebutkan emisi CO2 seekor sapi selama setahun sama dengan mengendarai kendaraan sejauh 70.000 km. Penelitian di Belanda (www.partijvourdedie.en.el) mengungkapkan, seminggu sekali saja membebaskan piring makan dari daging masih 7,6 kali lebih cepat dibandingkan gerakan hemat energi skala rumah tangga dalam setahun.

Penelitian paling gres yang dilakukan Prof. Gidon Eshel dan Pamela A. Martin ("Diet, Energy and Global Warming") merunut kontribusi setiap potongan daging terhadap emisi karbon. Penelitian ini diakui secara ilmiah dan dipublikasikan dalam jurnal bergengsi para ilmuwan Earth Interaction Vol. 10 (Maret 2006). Jumlah gas rumah kaca yang diemisikan oleh daging merah, ikan, unggas, susu dan telur jika dibandingkan dengan diet murni nabati/vegan, ternyata jika satu orang dalam setahun mau mengganti diet hewani mereka ke diet nabati murni/vegan akan mencegah emisi CO2 sebesar 1,5 ton. Lima puluh persen lebih efektif daripada upaya mengganti mobil Toyota Camry ke mobil Toyota Prius hybrid sekalipun yang ternyata hanya mampu mencegah 1 ton emisi CO2.

Objektivitas akan menuntun kita untuk mengakui pola konsumsi daging sebagai kontributor terbesar emisi gas rumah kaca. Pilihan kita tidak banyak, mengingat tenggat waktu yang demikian sempit. Mengutip tulisan Senator Queensland, Andrew Bartlett, bahwa seluruh dunia tidak mesti menjadi vegetarian atau vegan untuk menyelamatkan planet kita, tapi kita harus mengakui fakta-fakta ilmiah ini, bahwa jika kita tidak mengurangi konsumsi produk hewani, kesempatan kita untuk menghentikan perubahan iklim adalah nihil. Menurut Bartlett, tidak ada langkah yang lebih murah, lebih mudah dan lebih cepat untuk dilakukan yang dapat mengurangi kontribusi tiap individu terhadap emisi gas rumah kaca selain memangkas jumlah konsumsi daging dan produk susu dan olahannya.

Aksi untuk hemat bahan bakar kita masih banyak bergantung pada fasilitas umum. Upaya yang paling bisa kita lakukan adalah menggunakan kendaraan umum. Namun, sudah menjadi rahasia umum, tidak mudah untuk menggunakan kendaraan umum jika berhadapan dengan kepentingan keamanan, dan untuk ini kita masih bergantung pada kebijakan pemerintah. Aksi hemat energi dalam konteks yang paling ideal bergantung pada teknologi. Sumber energi paling ramah lingkungan yakni tenaga angin, air, dan matahari, masih jauh membutuhkan teknologi dan biaya yang tidak kecil. Butuh waktu yang panjang dan upaya ekstra untuk menggerakkan kesadaran massal untuk hemat energi, hemat listrik, hemat bahan bakar karena harus berhadapan dengan kebiasaan dan perilaku yang telah mengakar.

Mengubah pola makan juga berhadapan dengan kebiasaan yang telah mengakar. Namun, memegang sendok dan akhirnya menjatuhkan pilihan apa yang akan dimasukkan ke mulut kita, sepenuhnya berada di kendali kita. Langsung bisa dilakukan! Jarak antara piring dan mulut kita mungkin hanya sejarak panjang sendok, membalikkan isi sendoknya hanya butuh waktu sekedipan mata, tapi kendalinya ada pada mindset tiap kita. Sejenak, biarkan kepala dingin hadir. Mari dengan mata jernih melihat realitas, mengakui fakta betapa tekanan pola konsumsi daging sedemikian hebatnya pada daya dukung Bumi. Sejenak merasakan beban berat Bumi ini mungkin akan menggeser pilihan kita ke pola konsumsi tanpa daging, pola yang jauh lebih ramah Bumi.

Written BY : Chindy Tan di Mailinglist Yahoo Groups

Selengkapnya...