Sabtu, 21 Agustus 2010

Phutsa Apel India

Phutsa atau sering disebut Apel India merupakan tanaman yang bandel dalam legenda India digambarkan sebagai tanaman yang di anugerahi kekuatan bertahan hidup, jadi seburuk apapun ia terpotong atau walaupun hanya punya satu akar tanaman ini mampu hidup dengan baik.
Eddy Soesanto, pemilik nurseri Tebu Wulung. Alumni ASRI Yogyakarta itu mengaku tidak memperlakukan khusus pada tanaman putsanya. ‘Saya heran ketika ditanya mengapa putsa tidak berbuah. Karena setahu saya tanaman putsa itu bandel,’ katanya. Rontoknya bunga mungkin disebabkan oleh hujan atau angin. Namun, hal itu sangat jarang terjadi. Putsa miliknya kebanyakan ditanam dalam tabulampot ukuran 24 liter dan diletakkan di halaman tanpa naungan. ‘Lebih baik ditempatkan di luar naungan karena tanaman putsa membutuhkan sinar matahari penuh,’ tambahnya.

Kunci agar Phutsa mau berbuah adalah cahaya cukup, penjarangan daun dan buah, pemupukan tepat serta lingkungan kering.

Tanaman ini senang hidup dilingkungan kering, oleh karenanya siapkan media yang porous saat menanamnya. Pakai campuran sekam bakar, sekam mentah, tanah merah, dan pupuk kandang sapi. Komposisinya 1:1:1:1. Supaya putsa tumbuh baik, ganti media setahun sekali. Jangan lupa saat memindahkan putsa ke pot lebih besar taruh sekam bakar atau sekam mentah di permukaan bawah media. Itu untuk menjaga agar air mengalir lancar, tapi tanah dan pupuk tidak terbawa. Meski suka lingkungan kering untuk pembuahan dibutuhkan cukup air. Lakukan penyiraman 2 kali sehari, pagi dan sore. Memasuki masa generatif lakukan stresing air bila ingin mendapatkan bunga serempak. Caranya, hentikan sementara penyiraman. Pada hari ke-5 perlakuan, putsa disiram kembali. Saat itu kondisi daun menguning, tapi beberapa hari kemudian kembali hijau diiringi munculnya calon buah

Pemangkasan
Menurutnya putsa adalah tanaman yang mudah tumbuh, berbunga, dan berbuah, tidak tergantung musim. ‘Bahkan kita bisa mengatur kapan putsa ingin kita buahkan,’ tambah pria asal Jepara itu. Untuk membungakan, lakukan pemangkasan terlebih dahulu. Seminggu sebelum pemangkasan, tanaman diberi pupuk NPK seimbang, 16:16:16. Atau, dapat juga menggunakan pupuk Urea, TSP, dan KCl untuk mengganti pupuk NPK yang harganya lebih mahal.

Satu bulan kemudian tanaman mulai berbunga dan berbuah seukuran bola bekel setelah 3 bulan sejak pemangkasan. Untuk mendapatkan buah yang lebih besar, sebaiknya sisakan 2 buah saja di setiap ranting dan dibungkus plastik atau jaring halus supaya tidak diserang lalat buah, selain itu jangan lupa untuk memetik 2-3 helai daun disekitar buah sehingga nutrisi yang terdistribusi dapat terkonsentrasi untuk pembesaran buah. ‘Kualitas buah pasti lebih baik: ukuran besar, kulit mulus, dan manis saat dicicipi,’ tutur Eddy.

Dari kasus-kasus putsa yang tidak berbuah, Eddy menyimpulkan biasanya karena tanaman sudah dewasa atau tua, dan jarang dipangkas. Pemangkasan ini penting, karena merangsang tunas dan bunga baru, serta menjaga pertumbuhan agar tidak ngelancir terus ke atas.
Pemangkasan dapat dilakukan untuk dua tujuan. Yang pertama untuk kepentingan artistik dengan tujuan mengisi cabang yang kosong serta menyeimbangkan bentuk tanaman, dan kedua untuk menumbuhkan bunga serta membuahkan. Untuk tujuan yang kedua ini, pemangkasan dapat dilakukan menyeluruh pada semua cabang tanaman.

Waspadai hama!
Penyiraman yang cukup ini juga salah satu hal penting yang sering dilupakan oleh pemilik tanaman putsa, sehingga bunga Ziziphus zizyphus itu rontok. Selain penyiraman, sebaiknya tanaman putsa dipupuk 1 bulan sekali dengan dosis NPK sekitar 1 sendok makan atau 25 gram (untuk tanaman umur setahun setelah okulasi). Tanaman yang lebih besar, dosis ditingkatkan menjadi 2-3 kali lipat. Lebih baik, pemupukan dilakukan sesering mungkin, misal dua minggu sekali dengan dosis setengahnya.

Setelah berbunga dan menjadi buah, hama yang diwaspadai adalah lalat buah Bactrocera sp. yang menyebabkan buah busuk dan rontok. Untuk mencegahnya, ketika buah seukuran kelereng segera dibungkus dengan plastik yang dilubangi atau pembungkus lain.

Selain lalat buah, hama yang biasa menyerang putsa adalah kutu putih dan penggerek batang. Untuk kutu putih, lakukan penyemprotan dengan pestisida, deterjen, dan perekat. Dengan deterjen, sarang kutu putih dapat membuka, sehingga pestisida dapat mengenai tubuh serangga. Namun, apabila serangan sudah parah, lebih baik daun-daun yang sudah terkena dipotong dan dimusnahkan. Hama penggerek batang dimatikan dengan cara menyumpalkan kapas yang dililitkan di ujung lidi dan dicelup pestisida ke dalam lubang masuknya.

sumber : www.trubus-online.co.id


Selengkapnya...

Minggu, 01 Agustus 2010

Waru (Hibiscus tiliaceus L.)

Waru :(Hibiscus tiliaceus L.)
Sinonim :–
Familia :malvaceae.

Uraian :
Tumbuhan tropis berbatang sedang, terutama tumbuh di pantai yang tidak berawa atau di dekat pesisir. Waru tumbuh liar di hutan dan di ladang, kadang-kadang ditanam di pekarangan atau di tepi jalan sebagai pohon pelindung. Pada tanah yang subur, batangnya lurus, tetapi pada tanah yang tidak subur batangnya tumbuh membengkok, percabangan dan daun-daunnya lebih lebar. Pohon, tinggi 5-15 m. Batang berkayu, bulat, bercabang, warnanya cokelat. Daun bertangkai, tunggal, berbentuk jantung atau bundar telur, diameter sekitar 19 cm. Pertulangan menjari, warnanya hijau, bagian bawah berambut abu-abu rapat. Bunga berdiri sendiri atau 2-5 dalam tandan, bertaju 8-11 buah, berwarna kuning dengan noda ungu pada pangkal bagian dalam, berubah menjadi kuning merah, dan akhirnya menjadi kemerah-merahan. Buah bulat telur, berambut lebat, beruang lima, panjang sekitar 3 cm, berwarna cokelat. Biji kecil, berwarna cokelat muda. Daun mudanya bisa dimakan sebagai sayuran. Kulit kayu berserat, biasa digunakan untuk membuat tali. Waru dapat diperbanyak dengan biji.

Nama Lokal :
NAMA DAERAH Sumatera: kioko, siron, baru, buluh, bou, tobe, baru, beruk, melanding. Jawa: waru, waru laut, waru lot, waru lenga, waru lengis, waru lisah, waru rangkang, wande, baru. Nusa Tenggara: baru, waru, wau, kabaru, bau, fau. Sulawesi: balebirang, bahu, molowahu, lamogu, molowagu, baru, waru. Maluku: war, papatale, haru, palu, faru, haaro, fanu, halu, balo, kalo, pa. Irian jaya: kasyanaf, iwal, wakati. NAMA ASING Tree hibiscus. NAMA SIMPLISIA Hibisci tiliaceus Folium (daun waru), Hibisci tiliaceus Flos (bunga waru).
Penyakit Yang Dapat Diobati
Daun berkhasiat antiradang, antitoksik, peluruh dahak, dan peluruh kencing. Akar berkhasiat sebagai penurun panas dan peluruh haid.

Pemanfaatan :
BAGIAN YANG DIGUNAKAN
Bagian yang digunakan adalah daun, akar, dan bunga.

INDIKASI
Daun waru digunakan untuk pengobatan :
TB paru-paru, batuk, sesak napas,
Radang amandel (tonsilitis),
Demam,
Berak darah dan lendir pada anak, muntah darah,
Radang usus,
Bisul, abses,
Keracunan singkong,
Penyubur rambut, rambut rontok,

Akar digunakan untuk mengatasi :
terlambat haid,
demam.

Bunga digunakan untuk pengobatan :
radang mata.

CARA PEMAKAIAN

Untuk obat yang diminum, gunakan daun segar sebanyak 50-100 g atau 15-30 g bunga. Rebus dan air rebusannya diminum.
Untuk pemakaian luar, giling daun waru segar secukupnya sampai halus. Turapkan ramuan ini pada kelainan kulit, seperti bisul atau gosokkan pada kulit kepala untuk mencegah kerontokan rambut dan sebagai penyubur rambut.

CONTOH PEMAKAIAN:
TB Paru

1.Potong-potong 1 genggam daun waru segar, lalu cuci seperlunya. Tambahkan 3 gelas minum air bersih, lalu rebus sampai airnya tersisa sekitar 3/4-nya. Setelah dingin, saring dan tambahkan air gula ke dalam air saringannya, lalu minum, sehari 3 kali, masing-masing 3/4 gelas minum.
2.Sediakan daun waru, pegagan (Centella asiatica L.), dan daun legundi (Vitex trifolia L.) (masing-masing 1/2 genggam), 1/2 jari bidara upas (Merremia mammosa Lour.), 1 jari rimpang kencur (Kaempferia galanga L.), dan 3 jari gula enau. Cuci semua bahan-bahan tersebut, lalu potong-potong seperlunya. Masukkan ke dalam periuk tanah atau panci email. Masukkan 3 gelas minum air bersih, lalu rebus sampai airnya tersisa 3/4nya. Setelah dingin, saring dan air saringannya siap untuk diminum, sehari 3 kali, masing-masing 3/4 gelas.

Batuk
Cuci 10 lembar daun waru segar, lalu potong-potong seperlunya. Tambahkan 3 gelas minum air bersih, lalu rebus sampai airnya tersisa 3/4 bagian. Setelah dingin saring dan air saringannya diminum, sehari 3 kali, masing-masing 1/3 bagian. Sebelum diminum, tambahkan madu secukupnya.

Batuk berdahak
Cuci 10 lembar daun waru yang masih muda sampai bersih, lalu tambahkan gula batu seukuran telur burung merpati. Tambahkan 3 gelas air bersih, lalu rebus sampai airnya tersisa 3/4 bagian. Setelah dingin, saring dan air saringannya diminum, sehari 3 kali minum, masing-masing 1/3 bagian.

Radang amandel
Cuci 1 genggam daun waru segar, lalu rebus dalam 2 gelas air bersih sampai air rebusannya tersisa 1 1/2 gelas. Setelah dingin, saring dan air saringannya digunakan untuk berkumur (gargle), terus diminum, sehari 3-4 kali, setiap kali cukup seteguk.

Radang usus
Makan daun waru muda yang masih kuncup sebagai lalap.
Berak darah dan lendir pada anak
Cuci 7 lembar daun waru muda (yang masih kuncup) sampai bersih. Tambahkan 1/2 cangkir air sambil diremas-remas sampai airnya mengental seperti selai. Tambahkan gula aren sebesar kacang tanah sambil diaduk sampai larut. Peras dan saring menggunakan sepotong kain halus. Minum air saringan sekaligus.

Muntah darah
Cuci 10 lembar daun waru segar sampai bersih, lalu giling halus. Tambahkan 1 cangkir air minum sambil diremas-remas. Selanjutnya, saring dan tambahkan air gula secukupnya ke dalam air saringannya, lalu minum sekaligus.

Rambut rontok
Cuci 301embar daun waru segar dan 20 daun randu segar ( Ceiba pentandra Gaertn.), lalu giling sampai halus. Tambahkan 2 sendok makan minyak jarak dan air perasan 1 buah jeruk nipis, sambil diaduk sampai rata. Saring ramuan tersebut menggunakan sepotong kain sambil diperas. Gunakan air perasannya untuk menggosok kulit kepala sambil dipijat ringan. Lakukan sore hari setelah mandi, lalu bungkus rambut dengan handuk atau sepotong kain. Selanjutnya, cuci rambut keesokan harinya. Lakukan 3 kali seminggu.

Penyubur rambut

Cuci 15 lembar daun waru muda, lalu remas-remas dalam 1 gelas air bersih sampai airnya seperti selai. Selanjutnya, peras dan saring menggunakan sepotong kain. Embunkan cairan yang terkumpul selama semalam. Keesokan paginya, gunakan cairan tersebut untuk membasahi rambut dan kulit kepala. Alhasil, kepala menjadi sejuk dan rambut akan tumbuh lebih subur.
Komposisi :
Daun mengandung saponin, flavonoida, dan polifenol, sedangkan akarnya mengandung saponin, flavonoida, dan tanin.

Selengkapnya...