Sabtu, 19 Juni 2010

Rahasia si Sambung Nyawa

Hipertensi, kolesterol, sampai diabetes dapat dicegah hanya dengan lalapan

Menikmati ikan bakar rasanya kurang pas bila tak dilengkapi sambal terasi. Pedasnya sambal terasi pun pastinya terasa hampa jika tak diduetkan dengan dedaunan sebagai lalapan. Salah satu pilihannya adalah daun sambung nyawa. Citarasa daun dari tanaman bernama ilmiah Gynura procumbens ini memang sedikit sepet, tapi menyegarkan. Tak heran masyarakat tertentu biasa menjadikan sambung nyawa sebagai penawar pedasnya sambal.
Manfaat daun sambung nyawa tidak hanya sampai di situ. Sejak dulu, daun ini dipercaya dapat mencegah beberapa gangguan kronis. Sebut saja tekanan darah tinggi, kolesterol hingga diabetes, penyebab komplikasi berbagai penyakit.

Banyak khasiat
Memang tak ada literatur yang menjelaskan kenapa tumbuhan ini dinamakan sambung nyawa. Bisa jadi karena manfatnya yang tidak sedikit membuat penggunanya panjang umur. Seperti yang diungkapkan Lukas Tersano Adi, Ketua Harian Asosiasi Pengobat Tradisional Ramuan Indonesia (Aspetri), sambung nyawa bersifat mendinginkan sehingga mampu menurunkan panas.

Selain itu, herba ini bisa berfungsi sebagai antibiotik dan menurunkan tekanan darah. “Sambung nyawa bekerja pada tahap dini dan memberi efek signifikan, misalnya kolesterol dan tekanan darah, menjadi ‘normal’ kembali,” ungkap Lukas saat diwawancarai AGRINA.

Sambung nyawa pun dapat memperlancar sirkulasi darah sehingga mengurangi terjadinya penimbunan plak pada pembuluh darah. Plak merupakan efek dari pembentukan profil lemak yang tidak normal dan ini awal terjadinya penyakit jantung koroner. “Alkoloid, saponin, flavonoid, dan tannin merupakan kandungan sambung nyawa yang sangat berperan,” terang pria berkacamata ini.

Untuk pencegahan, Lukas memberi saran sebaiknya membiasakan mengonsumsi sambung nyawa sebagai lalapan, tumis atau jus meskipun tidak wajib setiap hari. Tapi pada taraf pengobatan terutama diabetes, Lukas mengakui sambung nyawa harus dikomposisikan dengan herbal lain. Misalnya sambiloto, tapak dara, mimba, atau daun sendok.

Bergantung Kondisi

Sejumlah penelitian ilmiah telah dilakukan guna menguak manfaat tanamanan yang dalam pengobatan Cina disebut She Juan Sao ini. Antara lain oleh Endang Hardini dari Puslitbang Farmasi, Depkes, dengan judul Uji Efek Hipotensif Gynura procumbens pada Tikus Jantan. Hasil penelitian menunjukkan, tikus yang dikondisikan menjadi diabetes, mengalami penuruan kadar serum kolesterol dan trigliseridanya setelah diberi sambung nyawa.

Erna Sucipto, herbalis di bilangan Jati Bening, Bekasi, menyatakan, sambung nyawa pun bermanfaat mengendalikan kadar gula darah (antidiabetes), menurunkan kolesterol, mencegah dan memperbaiki kerusakan ginjal, mengurangi peradangan (antiinflamasi), mengatasi maag dan sebagai pertolongan pertama pada luka akibat gigitan serangga atau ular.

Pemilik kedai Daun Emas yang menjual aneka herba tersebut, mengungkapkan, komposisi herba bergantung pada kondisi pasien. Jika komplikasi dengan tekanan darah tinggi, sambiloto atau daun sendok menjadi pendamping utama. Caranya, ambil tiga lembar daun sambung nyawa, kemudian dimakan langsung tiga kali sehari. Iringi dengan minum ramuan yang dibuat dari 10 gram sambiloto kering dan 20 gram daun sendok kering yang direbus dengan tiga gelas air hingga tersisa setengahnya. Minum setengah gelas sebanyak tiga kali sehari.

Sedangkan diabetes dengan kondisi pasien bertekanan darah rendah, pendampingnya sambung nyawa adalah pegagan, tapak liman, atau kumis kucing. Dalam hal ini sambiloto tidak boleh digunakan karena, “Sambiloto dapat menurunkan tekanan darah. Kalau diberikan pada pasien dengan tekanan darah rendah, tekanannya akan semakin drop,” terang wanita berjilbab ini.

sumber : http://selametr.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar