Selasa, 18 Mei 2010

Jus Delima, Si Segar Penyehat Jantung

Delima (Punica granatum) umumnya ditanam di dataran rendah. Tumbuh baik pada berbagai keadaan iklim, menghendaki tanah agak subur. Ukuran buahnya lebih kurang sebesar jeruk atau apel, dengan kulit keras warna merah gelap atau kecoklatan.

Bijinya (sebuah delima rata-rata berisi sekitar 800 biji) yang biasa dimakan "diselimuti" cairan tembus cahaya, berada dalam suatu selaput putih seperti spons berasa pahit.

Di beberapa negara Timur Tengah, selama berabad-abad, delima?yang asal katanya dari bahasa Perancis; pome garnete, berarti "apel berbiji"?telah banyak dimanfaatkan sebagai obat tradisional, di samping tentunya jadi bahan sajian yang menyegarkan. Demikian halnya di negeri kita.

Konon, kulit akarnya yang banyak menyimpan senyawa-senyawa alkaloid, antara lain pelletierin, bisa digunakan sebagai obat cacing. Sementara tumbukan buah atau seduhannya berguna untuk menghentikan mencret atau disentri. Lalu, air rebusan bunganya bisa dijadikan alternatif pereda sakit gigi.

Selain alkaloid, dalam kulit akar, kulit batang dan buah, terutama bagian kulitnya, terkandung zat penyamak yang berkhasiat mengecilkan pori-pori, antiseptik, dan hemostatik yang baik untuk keputihan. Disebutkan Anorital dan Yuningprapti (1995), kulit buah delima termasuk golongan slightly toxic dan mempunyai daya antibakteri terhadap Salmonella typhi.

Akan tetapi, kemampuan delima rupanya bukan cuma itu. Khusus yang berkaitan dengan hasil olah buahnya, setelah dibuat jus?hasil penelitian belakangan, meski masih sebatas pada binatang percobaan?membuktikan kehebatan lainnya.

Dr Claudio Napoli, profesor of medicine and clinical pathology di the University of Naples School of Medicine, Italia, bersama koleganya, melalui percobaan pada tikus, membuktikan, jus buah ini dapat diandalkan guna mencegah penumpukan lemak sepanjang dinding arteri. Artinya, jus buah ini sanggup mencegah penyakit jantung. Disebutkannya, sel jantung tikus yang dicekoki jus delima meningkat 50 persen produksi nitrogen oksida (nitric oxide/NO)-nya, dan tereduksi perkembangan plaknya hingga sekitar 30 persen (http://www.yahoo.com).

Tinggi antioksidan

Banyak orang menyangka bahwa penebalan dan penyempitan dinding arteri koroner, yang merupakan penyebab utama serangan jantung, dipicu oleh asupan LDL kolesterol yang berlebihan. Padahal, menurut Cooper?penulis Antioxidant Revolution?kejadian tersebut belum tentu terjadi andai tidak ada pemicu lain. Sebutlah radikal bebas, yang diaktifkan oleh berbagai faktor, termasuk asap rokok, pencemaran udara, dan olahraga yang berlebihan.

Radikal bebas akan mengoksidasi partikel LDL kolesterol dan membuatnya rusak. Sel-sel darah putih (makrofag) di dalam dinding arteri akan berupaya menghilangkan partikel LDL yang sudah rusak dengan cara "memakannya sampai habis".

Sayangnya, setelah proses tersebut, sel makrofag tidak dapat melepaskan diri dari bagian kolesterol LDL. Sel-sel bengkak yang dihasilkan, disebut sel-sel busa, selanjutnya menempel pada dinding pembuluh arteri, membentuk plak dan menyebabkan penyempitan. Hingga pada akhirnya terjadilah penyakit kardiovaskuler yang parah dan mungkin pula serangan jantung.

Sebetulnya ada upaya yang bisa dilakukan supaya plak tidak telanjur menjadi "keras", yaitu dengan mengasupkan antioksidan. Antioksidan akan melindungi LDL kolesterol hingga tak teroksidasi oleh radikal bebas. Makrofag selanjutnya tak perlu repot-repot "memakan" partikel teroksidasi, dan dinding arteri otomatis akan bersih dari sel-sel busa yang menempelinya.

Delima kaya akan antioksidan, bahkan paling tinggi dibandingkan dengan buah-buahan lain yang telah diuji (lihat tabel). Dengan demikian, buah ini bisa diandalkan guna menangkis serangan radikal bebas. Maka, tak perlu heran jika tikus-tikus yang dicekoki jus delima memiliki dinding arteri yang sehat, hingga terjauhkan dari serangan jantung yang mungkin menyerang.

Namun, bukan karena kandungan oksidannya saja serangan jantung bisa dicegah. Kehebatan delima dalam mendongkrak NO patut diperhitungkan pula.

Dalam kaitan dengan kesehatan jantung, NO, si molekul imut-imut yang disintesis oleh sel endotel ini, akan bertindak sebagai relaksan (endothelium-derived relaxing factor/EDRF), pengatur tonus otot polos. Banyak preparat vasodilator yang digunakan secara luas dalam perawatan angina pektoris, seperti nitrogliserin, bekerja dengan meningkatkan pembentukan senyawa ini.

Membuat jus delima


Walau banyak pakar yang mengomentari hasil tersebut dengan kalimat, "masih terlalu dini untuk disimpulkan", hingga belum berani menganjurkan untuk dijagokan guna mencegah penyakit jantung, tak sedikit pula ternyata yang optimis dengannya.

Lepas dari semua itu, satu hal yang layak dicatat, hingga saat ini belum ada satu pun laporan yang menyebutkan efek negatif mengonsumsi jus delima. Kecuali "pecahan" bijinya, yang disebut Lee dan Watson (1998), dapat menyebabkan iritasi dan memicu terjadinya kanker esofagus. Dengan kata lain, Anda dapat menikmati jus delima?tanpa campuran "pecahan" bijinya?kapan pun Anda suka dalam rangka menikmati rasanya yang manis menyegarkan.

Selain diminum langsung, jus delima bisa pula "disulap" menjadi selai, saus, atau sirup. Cara membuatnya terbilang gampang. Tempatkan biji delima yang berselimut cairan bening dalam food processor atau blender dan proses hingga jus terbentuk.

Pisahkan bijian dengan ayakan rapat atau kain kasa?secara umum, sebuah delima ukuran sedang bisa menghasilkan sampai sekitar tiga perempat cangkir biji atau setengah cangkir sari buah.

Jika sudah berbentuk jus, supaya bisa disimpan lama, bekukan serta simpan jus dalam wadah kedap udara. Dengan cara ini, jus delima dapat tahan hingga jangka waktu sekitar enam bulan.

Sumber : Yuga Pramita
Mahasiswa FKM Universitas Diponegoro, Semarang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar